“Gusss….” Seseorang berteriak dari pintu
UKM.
Aku
tak menoleh karena sedang sibuk membereskan beberapa tumpukan koran yang aku
keluarkan dari almari. Iya, Hari itu hari minggu. Dimana suasana sekret agak
lengang. Melihat kondisi yang tak seramai biasanya, aku bersama Ning Fifin
berinisiatif untuk membersihakan sekret atau kami menyebutnya sebagai Kedai
Sinau. Terdengar sayup-sayup wanita yang baru saja memanggil. Aku pun tak
sengaja ingin melihat siapakah gerangan yang ada di depan pintu.
Terlihat
wanita yang tak terlalu tinggi. Menggunakan make
up dan itu membuatnya terlihat begitu indah. Dia menggunakan jilbab
berwarna biru dengan kombinasi warna lain melingkari disekitarnya. Kemudian
ditambah embel-embel aksesoris, entah apa mungkin nama istilah embel-embel itu
bagi kaum wanita. Yang jelas, itu alasan kedua yang membuatnya terlihat begitu
indah. Beralih ke bagian bawah sedikit. Terlihat pakaian yang ia kenakan
berwarna cokelat bermotif batik asli Indonesia, lengkap dengan aksesoris bunga
ditengah-tenganya. Lengan bajunya sangat renggang, sehingga ia terlihat begitu
anggun. Ini adalah alasan ketiga yang membuatnya lagi-lagi terlihat semakin
indah. Dan alasan terakhir yang membuatnya sungguh indah, yang mana hal inilah
yang menjadi dasar dari semua keindahan yang mengalihkan pandanganku pagi itu.
Jika si Hanan, yang katanya Radit memiliki hidung Semeru, maka wanita yang aku
lihat kali ini memiliki senyuman dingin yang bisa menggetarkan dada. Hingga
mulutku tanpa disadari menganga saat proses pandangan pertama itu sedang berlangsung.
Moment ini tak lama, hanya beberapa detik saja. Namun rasanya aku telah terbang
ke angkasa, tepatnya kelangit ketujuh dan menghirup segarnya udara di surga.
Aku
mulai merasa penasaran, pasalnya, wanita ini sok-sok akrab dengan orang-orang
yang ada di Kedai Sinau. Siapa dia?. Aku sendiri bahkan tak mengenalnya sama
sekali. Rasanya aku belum pernah berjumpa dengannya. Ini kali pertama ia
kesini, tegas hatiku. Aku tanya Ning Fifin, ia menjawab bukan temannya. Aku
bertanya pada rumput yang bergoyang, namun rumputnya sedang berada di halaman
depan gedung Suharto. Malas sekali rasanya untuk berjalan dan bertanya pada
rumput disana. Itu pun jika rumput-rumput disana menjawab dengan jawaban yang
benar. Ah, aku terlalu malu untuk bertanya siapakah sosok wanita itu. Kali ini
aku dibuatnya benar-benar kaku. Ini kali kedua aku merasakan kekuan jenis ini,
setelah beberapa waktu lalu aku merasakannya di puncak tertinggi ketiga di
Indonesia, yaitu puncak Rinjani. Waw.. ini luar biasa, siapakah gerangan sosok
wanita yang ada dihadapanku sekarang. Aku pun masih bertanya-tanya.
Wanita
itu kemudian masuk dan menyapa orang-orang yang ada di Kedai Sinau. Tiba-tiba
salah seorang Gus menyapa wanita ini,
“wah.. Retno kok cantik
bangett..” Rayu gomabal
salah seorang Gus di Kedai Sinau.
Aku berpura-pura sibuk dengan koran yang sedang aku bereskan. Padalah pikiranku melayang-layang, berlari kesana-kemari namun berobjek pada satu titik, yaitu sosok “Retno”. Siapakah “Retno ini?”. Apakah aku mengenalnya?. Apakah ia anggota baru LKP2M.? Bisa jadi, bisa jadi.
“Hah? Cantik banget atau
cantik aja?” Retno menanggapi
rayuan itu,
Aku
pun menyapanya sembari menela’ah dengan keras. Aku mencoba mengembalikan
ingatan-ingatan saat acara PRA beberapa hari yang lalu. Setelah mencoba
beberapa menit lamanya, akhirnya file
tentang sosok wanita yang satu ini perlahan kembali ter-Restore ke dalam
pikiranku. Aku mengingatnya, ia sosok wanita yang pada saat acara PRA sedang
berlangsung, ia duduk di bangku paling belakang bersama salah seorang temannya
yang memang sudah aku tahu sejak awal, Dierga nama temannya itu.
Setelah
mencoba akrab dengan “Retno”, aku kemudian mengambil beberapa jepretan
untuknya. Hasilnya begitu mengesankan. Sejak itulah, aku mulai bercita-cita
ingin menjadi seorang fotograper. Karena aku ingin terus memotretnya dan
mencari sisi indah senyuman yang ia miliki sepanjang hidupku. Ah, aku lagi-lagi
menghayal terlalu tinggi. Biasanya, wanita seindah dia pasti sudah memiliki
pendamping hidup, minimal seseorang yang disebut pacar. Tentu, ini akan
menghijabku untuk mendekat.
Sorenya
aku tak nafsu makan. Malamnya aku tak bisa tidur nyenyak. Siapakah sosok Retno
yang berani merusak selera makan dan tidurku? Yang membuatkau melamun sepanjang
waktu?, Malamnya aku tak bisa tidur karena memang aku sedang asik melihat
beberapa part jepretan yang aku ambil. Jika dalam rumus matematika maka
turunannya akan seperti ini; Indah ditambah Cantik dibagi Anggun diintegralkan
sin cos Senyumannya, sama dengan Bidadari Surga. Itulah Retno.
“Aku ingin mengenal
wanita ini lebih dalam, aku ingin sekali Tuhan. Kabulkanlah..” bisikku untuk yang terakhir kalinya
sebelum aku benar-benar tidur pulas malam itu.
Keeokkan
harinya, Retno datang lagi ke Kedai Sinau. Kami bertemu dan membicarakan banyak
hal. Saat ia tak sengaja melihat suatu file yang terkait tentang perjalanan
kisah cintaku, mulai saat itulah akupun harus bercerita banyak hal. Dia
mendengarkan dengan sukarela, ia terlihat begitu faham tentang apa yang aku
rasakan. Malam yang indah, dimana
akhirnya ia mulai mengenalku selangkah lebih dalam. Malamnya, untuk pertama
kalinya, kami berkomunikasi dari pesan singkat. Sebelum tertidur, aku berbisik
pada Tuhan;
“Terimakasih Tuhan,
Engkau begitu cepat mendekatiku dengan wanita yang kemarin malam kita
perbincangkan. Aku sebenarnya belum siap, tapi Engkau sudah mengabulkannya. Ternyata,
doa yang ditunda terlebih dahulu itu terasa lebih indah ketimbang doa yang
langsung engkau kabulkan. Atau proses yang cepat itu terjadi mungkin karena
Engkau telah kasian melihatku terus terpuruk dalam perjalanan kisah perasaanku
yang tak pernah Khatam. Melihat kondisi ini, engkau sungguh cekatan, Karena kemudian
engkau langsung mengirimkan sosok wanita yang bisa menghiburku walalu hanya
dengan membaca satu sampai dua baris pesan singkatnya. Seorang wanita yang Engkau
kenalkan dari sebuah proses yang penuh dengan kejujuran. Ia baik Tuhan, aku
akan membuatnya bahagia jika Engkau berkenan. Karena ia adalah salah satu dari
bidadari-bidadari surga yang telah engkau turunkan ke Muka Bumi ini.”
Sebelum
tidur aku kemudian mengirimkan pesan singkat untuk Retno,
“Met Istirahat Jelek,
Jangan lupa berdoa. Lailatussaidah…”
hmmm like this....
BalasHapus:)