“Kini musim telah
berganti. Musim kemarau di Kedai Sinau telah berubah menjadi musim hujan yang
indah. Dimana bunga-bunga mulai tumbuh subur, rumput mulai menghijaukan
halaman. Kemudian kumbang mulai berterbangan dan berputar-putar diatas bunga-bunga
untuk mencari setetes madu untuk kehidpuannya yang lebih baik. Ada kumbang yang
beruntung, karena ketika hendak hinggap di satu bunga, ia langsung mendapatkan
madu yang dicari-carinya. Ada juga kumbang yang kurang beruntung. Karena Ia
harus berpindah tempat demi mendapatkan madu yang ia harap-harapkan. Bahkan ada
kumbang yang sampai saat ini belum jua menemukan maduanya walau telah berpindah
beberapa kali dari satu bunga ke bunga yang lain”
Jika
tulisan ini adalah sebuah jurnal, maka saya akan jadikan paragraf pertama
diatas sebagai Abstraknya. Ya, tema inilah yang ingin saya sampaikan pada
tulisan kali ini, tentang Warna Warni keindahan taman di Kedai Sinau alias UKM
LKP2M pasca PRA XV LPK2M.
Semenjak
kehadiran para anggota baru atau anggota PRA XV LKP2M pasca DIKLAT beberapa
hari yang lalu, kini suasana Kedai Sinau tak sebeku tahun-tahun sebelumya.
Kesepian dan kehampaan itu bahkan masih terniang-niang di dalam benak saya.
Setiap kali saya datang ke Kedai Sinau, maka bisa diastikan orang-orang yang
sedang berada di dalamnya. Misalnya sosok Gus Hafids, yang selalu terlihat
misteri jika orang lain belum masuk selangkah lebih maju ke dalam kehidupannya.
Karena di dalam diri Gus Hafid sebenarnya bersemayam suasana persis seperti
kehebohan disebuah taman kanak-kanak. Ada lagi sosok lain yang selalu
menampakkan dirinya. Jika Merapi memiliki (alm) Mbah Marijan sebagai juru kunci
yang setia mengabdi dibawah lerengnya, maka Kedai Sinau pun memiliki Gus
Munawar, sebagai juru kunci yang selalu membuka pintu Kedai Sinau. Jika saya sebutkan
Gus-Gus yang lain, maka ada Radit yang selalu sibuk dengan Sudoku di koran harian Kompas,
ada Ghulam yang selalu sibuk dengan Android barunya (ini dampak dari shok culture), ada Iwan yang selalu membaca
buku, entah membaca buku-buku keilmuan atau membaca buku keakhheratan, alias Al
Qur’an. Maklum, cita-cita besarnya adalah ingin menjadi seorang kyai. Kemudian
memiliki pesantren dan Mbh Nyai (istri) yang cantik dan sholehah seperti kata
Roma Irama. Sedangkan dari kalangan Ning sendiri, hanya ada Ning Ichmi yang
selalu meluangkan waktunya setiap hari untuk datang ke Kedai Sinau. Entah ia
menyibukkan diri dengan mengerjakan hal-hal yang berbau administrasi UKM atau
hanya beridam diri dan fokus di depan leptop Thosibanya. Ia adalah wanita yang
lain dari yang lain, bahkan terlalu unik untuk menjelaskannya.
Dan
kini suasana yang terjadi di Kedai Sinau adalah sebaliknya. Jika dulu
suasananya begitu hening, seperti sesi menyanyikan lagu Indonesia Raya saat upacara
hari senin, maka sekarang Kedai Sinau setiap hari terlihat begitu ramainya bak program acara YKS di Trans 7. Para Anggota baru, hasil kegiatan diklat PRA XV bebetapa
hari yang lalu telah berhasil merubah suasana UKM menjadi gaduh, suara mulut
sana-sini bersua mengekspresikan diri masing-masing. Ada yang Follow Up. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh mereka yang sedang mencari pendamping hidup. Ada juga yang
sedang konsultasi ke Direktur (Gus Agung) terkait dengan masalah resensi buku,
membuat opini, membuat artikel, atau membuat proposal penelitian. Ini bagian
yang serius bung. Karena bagian lawak atau humor pun ada. Siapa lagi kalau
bukan si Radit. Persis seperti anak kecil berusia 5 tahun, ia begitu aktif.
Jika berteriak, Masya Allah suaranya
cempreng seperti suaranya Mpok Nori. “iiiiiiiiiiaaaaaa….”
Begitulah teriaknya. Selain aktif menulis, ia juga memiliki hobi yang kali ini
benar-benar laki brooo, apalagi kalau bukan mendaki gunung. Tapi aneh, ia
memiliki hobi lain yang notabenenya sangat kontras dengan hobi pertamanya tadi,
apalagi kalau ia adalah penggemar berat JKT empat puluh delapan. Lain Radit,
lain Iwan, lain pula si Ghulam. Selain
sibuk dengan android barunya, ia juga selalu menjadi objek yang empuk untuk
bahan olok-olokan, seempuk badannya.
Inilah
fenomena baru yang kini sedang menggandrungi para Gus dan Ning LKP2M; fenomena mencari
jodoh. Si Radit misalnya, yang dengan tak sengaja mendapatkan wanita yang ia
kagumi berkat kekuatan tulisan-tuliannya di blog. Tak tanggung-tanggung,
seorang wanita berhidung Semeru pun akhirnya takluk dalam genggamannya dalam
waktu yang relative singkat. Analisis saya bahwa ini adalah bagian yang bernama
moment cinta. Kejadian yang begitu saja terjadi, tanpa direncanakan sejak awal,
atau tanpa ada rekayasa sebelumnya. Maka ini peringatan bagi yang lain, jangan
sekali-kali mendambakan pengalaman seperti yang telah Radit alami. Karena cara
Radit belum tentu bisa diperketkan ke dalam kehidupan orang lain. Tapi carilah
moment-moment cinta untuk diri kita masing-masing. Tetap bersabar dan tentunya
terus menganalisis kedaan sekitar –peka terhadap sikon–.
Mungkin
saya akan menyudahi pembahasan mengenai percintaan yang terjadi di Kedai Sinau.
Jika saya jelaskan satu persatu, lebih-lebih kisah cinta mereka yang telah
sukses, itu pasti akan membuat saya sendiri, Gus Iwan, Direktur (Gus Agung),
Gus Hafid, Gus Ghulam, akan merasa sinis. Karena kami semua masih dalam keadaan
single. (NB: single adalah prinsip sedangkan jomblo karena tidak laku).
Pada
bagian terakhir ini, saya akan mencoba menggambarkan warna-warni Gus dan Ning
anggota baru PRA VX LKP2M. Mereka yang setiap hari datang ke Kedai Sinau adalah
mereka yang bermasalah pada saat diklat. Namun justru inilah hikmah. Bener kata
Allah, “Fainnamaal usriusro, Innamaal
usriusro..”. Yang kurang lebih artinya, beserta kesulitan itu ada kemudahan
di dalamnya. Bahkan jika kesulitan itu hanya satu maka akan disertakan dengan
banyak kemudahan. Ini salah satu ilmu yang ditularkan Gus Fauz (Lihat deretan foto Direktur di Kedai Sinau,
yang gondrong itu, yang fotonya hitam putih sendiri, itulah Gus Fauz). Ilmu
ini saya dapatkan dari Gus Fauz, dimana ini adalah hasil diskusi kami bersama
anggota keluarga LKP2M di warung Kopi . Jadi salah besar jika ada yang
mengatakan kegiatan ngopi itu adalah kegiatan yang tak ada gunanya sama sekali.
Cobalah, sedikit saja, hilangkan sikap apatis dan subjektif kita. Mari lihat
dunia dari dimensi yang lain, Tuhan pun akan tersinggung jika mendengar hal
ini. Karena sudah jelas, semua yang diciptakanNya tak pernah sia-sia. Oke,
kembali ke pembahasan Gus dan Ning Anggota Baru. Kenapa saya sampai mengatakan
hal ini, tak lain karena memang dari kesalahan meraka pada saat acara DIKLAT,
mereka yang bermaslah justru diharuskan untuk mengunjungi Kedai Sinau setiap
harinya. Salah satu nama yang santer terdengar adalah Ita. Dia memang
bermasalah pada saat diklat. Namun dari kesalahannya itulah, dia harus datang
ke Kedai Sinau setiap harinya. Bertemu dengan Gus dan Ning senior yang ada.
Sehingga lambat laun, terjalin hubungan emosional yang lebih baik daripada
mereka yang memiliki status yang aman-aman saja di LKP2M.
Contoh
diatas adalah salah satu contoh anggota yang bermasalah. Namun tidak sedikit
juga anggota baru tanpa masalah yang datang berkunjung ke Kedai Sinau. Jika mereka
tak menemui gebetannya dari kalangan Gus-Gus LKP2M, maka pasti ia datang karena
ingin berproses lebih awal. Ini adalah golongan mereka yang mungkin sudah
terlalu haus dan sudah tak sabar ingin bergelut bersama LKP2M. Entah diskusi
mengenai resensi buku, mengkoreksi artikel, atau bahkan bertanya-tanya mengenai
proposal penelitian. Beberapa dari mereka ada yang bernama Retno, Indah
Prastiti, Dearga Sukaria, Hanan, Luluk dan sebagainya. Maaf bagi yang tak
kesebut, saya pasti sedang khilaf. Mungkin rasa kekeluargaan yang telah
ditanamkan semenjak mereka baru mengenal LKP2M sudah mulai memperlihatkan
buahnya. Semoga kemesraan ini akan terus berlanjut, tak peduli dengan
angin-badai yang menghadang kita. Sampai pada akhirnya kita semua bisa
berproses bersama dalam bingkaian kekeluargaan yang benafaskan “COGITO ERGO
SUM”, demi terwujudnya satu cita-cita mulia yaitu mengabdi kepada Bumi Pertiwi,
Indonesia.
Oleh:
Gus Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar