Ada satu pertanyaan yang akan menjadi pokok dari tulisan ini hingga
pada paragraf terakhir. Dari apa Tuhan menciptakan cinta itu?. Karena sejak
nabi Adam diciptakan hingga detik ini, pembahasan mengenai cinta tak pernah ada
habis-habisnya. Ya, cinta tak akan pernah dapat di definisikan, karena kalau
cinta bisa didefinisikan bukan cinta namanya, tapi kalkulus. Cinta hanya bisa
di rasakan atau bisa dikenal namun cinta tak dapat di jangkau oleh alat indra.
Hubungan cinta dengan Tuhan sangat dekat sekali. Karena Tuhan sendiri tak bisa
di definisikan dan hal itu sejalan dengan hakekat cinta sendiri, tak bisa didefinisikan.
Dahulu kala saat imam Syafi’i berumur 9 tahun, beliau pernah
ditanya oleh walinya para ulama. Pertanyaannya sederhana, Dimana Tuhan?. Imam Syafi’ipun
menjawab, ‘Ketika air laut terasa asin di lidah, lalu dimanakah garamnya. Karena
seperti itulah cara kerja Tuhan memposisikan dirinya di tengah kehidupan kita’.
Tuhan tak pernah bisa di definisikan keberadaannya, namun Dialah yang mengatur
semua aktifitas kehidupan di alam semesta ini, Dialah yang menghidupkan semua
makhluk yang ada di alam semesta ini. Dan jika dikaitkan dengan cinta, seperti
itulah saya rasa cara kerja cinta mendefinisikan dirinya. Cinta tak pernah
terlihat, namun semua manusia merasakan keberadaanya. Karena cintalah manusia
bisa saling menjaga, karena cintalah populasi manusia tetap bertahan sampai
sekarang, karena cinta jugalah kita bisa merasakan kasih sayang orang tua.
Cinta merupakan bagian dari Tuhan. Di awal surat al Fatihah Tuhan
telah berfirman “Bismillahhirrahmanirrahim” yang artinya “Dengan
menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Basmalah dalam
arti fundamentalnya adalah semua yang diciptakan oleh Allah SWT pada hakekatnya
memiliki manfaat, tak ada yang sia-sia. Dalam surat pertama nabi Muhammad
diperintahkan untuk iqra’, baca dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Karena jika ada surat yang menceritakan zinah atau surat
pembunuhan di dalam al Qur’an, lantas dengan itu kita akan menghina ayat
tersebut, tentu tidak. Jika semua dibaca dengan nama Tuhan, maka ayat-ayat yang
seperti itu akan memberikan hikmah atau ibroh (pelajaran) kepada kita. Dan ayat
semacam ini tetap mulia. Lebih luas lagi, jika kita melihat keburukan-keburukan
di dunia ini maka jangnalah cepat-cepat mengatakan bahwa hal itu buruk dan hina.
Namun bacalah realita-relita itu dengan menyebut nama Tuhan, karena Tuhan tidak
menjadikan keburukakn itu adalah sesuatu yang sia-sia. Jika kita membacanya
dengan nama Tuhan, maka ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil.
Kaitannya dengan masalah Tuhan di atas, Saya menemukan ada
kesingkronan antara Tuhan dengan Cinta. Jika di atas saya telah menggambarkan
bagaimana Tuhan menciptakan segala sesuatu tanpa ada yang sia-sia, maka
selanjutnya kita akan melihat bagaimana cara kerja cinta yang sebenarnya. Dalam
konteks ini, cinta yang dimaksud adalah cinta yang alami, cinta yang
benar-benar timbul dari hati manusia. Karena selama ini banyak manusia yang
menjadikan cinta sebagai kedok demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, bahkan
tujuan-tujuan tidak terpuji.
Cinta adalah sesuatu yang suci. Ia lahir dari titah Ilahi. Cinta
diciptakan bukan untuk membuat hati manusia tersakiti ataupun untuk membuat air
mata kesedihan. Namun selama ini banyak di antara kita yang selalu menyalahkan
cinta atas kegagalan hubungan yang kita jalani. Ketahuilah, cinta diciptakan
untuk membuat manusia saling menyayangi, untuk saling mencintai, untuk saling
menjaga dan untuk saling melengkapi. Jika kita kehilangan orang yang kita
cintai maka itulah cara cinta memperkenalkan dirinya. Semakin sakit yang kita
rasakan maka semakin kita akan mengenal cinta itu. Di balik sebuah kesedihan,
hati manusia akan mulai menyadari betapa berharga cinta yang ia miliki itu. Begitulah
cara cinta mendidik hati manusia. Agar manusia lebih menghormati hubungan cinta
selanjutnya, entah dengan cinta yang sama atau cinta yang lain. Inilah lagi sekali
saya katakan, cara cinta memperkenalkan keberadaanya. Tanpa kegagalan dalam
hubungan percintaan, kita tak akan pernah bisa merasakan keberadaan cinta.
Namun tak sedikit di antara mereka yang telah mengenal cinta tanpa
melalui kegagalan dalam suatu hubungan percintaan. Orang yang mengenal cinta
akan senantiasa menjaga cinta yang ia rasakan. Menjaga dari hal-hal maksiat dan
menjaga dari hal-hal yang tak patut dilakukkan oleh dua insan yang belum terikat
tali pernikahan. Cinta sejatinya menginginkan hal–hal seperti itu. Jika kita
melanggarnya, berarti kita belum mengenal arti cinta yang sebenarnya, maka
jangan heran kemudian Cinta memperkenalkan dirinya dengan kehilangan atau
kegagalan dalam menjalani suatu hubungan. Karena seperti apa yang telah
tuliskan di atas tadi bahwa cinta merupakan titah Ilahi yang suci dan jauh dari
perbuatan-perbuatan buruk.
Kenali sendiri cinta itu, jangan sampai ia memperkenalkan dirinya
sendiri, karena ada tangisan disana, tapi itu demi kebaikan kita, agar kita
mengenal apa itu cinta. Terima kasih pada seseorang yang telah membuat saya
mengenal dalam arti sebuah cinta yang sesungguhnya.
Artikel By: Hasan Suryawan
Mahasiswa Jurusan PAI di UIN Maliki Malang
Belum saya Baca san Panjang Lalok nee
BalasHapuszohri Ramadhan
aku udah baca beberapa tulisanmu.,,,
BalasHapusni komentarku:
1. + idenya.,
2. sudah mulai punya gaya tulisan sendiri
3. perlu perbaikan pilihan kata., analoginya paragraf per paragraf itu lmbaran kain yang terpisah, bagaimana menjahitnya agar terlihat rapi, itulah pilihan kalimat untuk menjadikan antar paragraf indah, solusi paling sederhana adalah naratif., krena alur cerita mski lompat-lompat biasanya tetep enak sambung