BAGIAN 1
MENSYUKURI NIKMAT-NIKMAT DARI ALLAH
"Jika ada dua atau lebih nikmat yang Allah berikan pada kita, jangan pernah mendzolimi salah satu nikmat itu. Jalani keduanya.!"
_Ahmad Fauz.
Nikamat disini tentu harus diartikan secara global, mulai dari nikmat bakat atau potensi, seperti nikmat bisa menulis, nikmat bisa meneliti, atau bahkan nikmat ahli dalam salah satu bidang olahraga dan nikmat-nikmat lainnya. Sampai pada nikmat yang bersifat materi, seperti memiliki usaha hingga nikmat kemurahan rezeki. Semua adalah nikmat Tuhan yang diberikanNya untuk kita, hingga wajib sekiranya kita bersyukur dengan cara tidak mendzolimi salah satu dari nikmat-nikmat itu.
Inilah sedikit pemahaman yang bisa saya tangkap disaat saya dan Fikri berbincang-bincang hangat bersama Gus Ahmad Fauz di salah satu warung di pojokan pasar Merjosari, Malang. Beliau menceritakan pentingnya keseimbangan dari kedua nikmat tersebut melalui sepercik pengalaman yang telah beliau lewati. Beberapa tahun yang lalu, beliau sangat gemar menulis. Dan ini merupakan nikmat yang Tuhan berikan padanya. Hampir setiap minggu tulisannya dimuat di koran-koran terkenal. Hingga pada suatu hari, beliau berniat untuk membuka usaha. Sejak membuka usaha itulah, kegiatan menulis beliau terhenti. Gus Fauz, sapa akrab kami, pada waktu itu tak menyadari jika dirinya sendiri ternyata sedang mendzolimi nikmat menulis yang telah Tuhan berikan. Hingga setelah beberapa tahun usaha itu ditekuni, usaha itupun akhirnya gulung tikar.
Lantas beliau tak hanya berdiam diri, karena kemudian lembaran baru kehidupan beliau sedikit demi sedikit memperlihatkan kemajuan setelah beliau kembali menekuni nikmat yang telah Tuhan berikan dulu, yaitu menulis. Pada tahun 2011, beliau memutuskan untuk kembali menulis. Gus Fauz kembali membangun semuanya dari nol. Kebangkitan itu pun kemudian kian terasa setelah buku perdananya yang berjudul "Rahasia Mempercepat Kepastian Sukses" diterbitkan oleh penerbit terkemuka, yaitu PT. Gramedia Indonesia. Kemudian judul berikutnya telah masuk dapur editor pada januari 2013 yang lalu. Dan buku selanjutnya yang akan siap di lounching pada bulan Mei mendatang adalah buku yang berjudul "Spiritual Korporation" yang beliau tulis bersama calon walikota Malang 2013, Ahmad Mujais Suhud.
Kini karier Gus Fauz dalam bidang kepenulisan bisa dikatakan telah sukses. Gus Fauz pun kini telah kembali membuka usaha yang sudah gulung tikar beberapa tahun yang lalu. Kedua nikmat yang Tuhan berikan, yaitu nikmat bakat menulis dan nikmat usaha, sekarang telah berjalan dengan seimbang. Untuk itulah, gus Fauz selalu menekankan pada junior-juniornya untuk jangan sekali-kali mendzolimi nikmat-nikmat yang telah Tuhan berikan.
BAGIAN 2
MERAIH NIKMAT MINHAISULAYAHTASIB
"75 % rezeki yang kita dapatkan merupakan 'minhaisulayahtasib..', dan 25 % sisanya adalah hasil ikhtiar kita.."
_Ahmad Fauz
Itupun belum tentu keseluruhan dari rezeki itu kita terima, tambah beliau. Lalu bagiamana caranya agar 75 % dari 'minhaisulayahtasib' itu kita terima?. Inilah pertanyaan yang kemudian memaksa gus Faus untuk menceritakan rangkain demi rangkaian cara, agar nikmat minhaisulayahtasib atau nikmat 'tak disangka-sangka' tadi bisa kita raih sepenuhnya.
Sebenarnya, tanpa ada usaha apapun, nikmat 'minhasulayahtasib' selalu menghampiri kehidupan manusia, jelas Gus Fauz. Mungkin inilah manifestasi kemahaan kasih dan sayang Allah untuk makhluk-makhluknya. Mari menghitung. Sudah berapa kali dalam satu minggu ini kita terkejut dengan nikmat yang datang tiba-tiba. Kemudian kita menyebut kata, "oh..hari ini hari keberuntunganku", "Oh.. kebetulan aku mendapatkan rezeki, karena aku memang sedang membutuhkannya", dan pernyataan-pernyataan lainnya. Bukannya bermaksud untuk merendahkan, tapi pernyataan-pernyataan seperti ini pasti dilontarkan oleh orang-orang awam. Yaitu mereka yang tak faham dan belum sadar dengan sirkulasi hukum Tuhan yang sedang berjalan di muka bumi ini. Tak ada kata kebetulan dalam hal apapun. Sedih, bahagia, mendapatkan rezeki, kehilangan sesuatu, atau apapun itu, semuanya pasti ada sebab yang menyebabkan semua itu bisa terjadi.
Kembali ke quote awal bahawa, rezeki yang kita dapatkan dari hasil ikhtiar atau usaha hanya 25 % saja. Gus Faus kemudian memberikan sebuah ilustrasi, jika ada seseorang yang bisa membangun rumah berlantai dua yang besar dengan hasil usahanya sendiri. Lihatlah, itu baru 25 % dari rezeki yang telah Tuhan jatahkan. Belum tentu juga dalam hal ini yang 25 % itu diterima keseluruhannya. Jika apa yang ia dapatkan sekarang, berupa rumah berlantai dua, mobil, dan harta-hartanya yang lain adalah 25 % dari jatah rezekinya, maka seperti apa yang akan ia dapatkan selanjutnya jika 75 % dari nikmat 'minhaisulayahtasib' bisa didapatkan, bukankah ini mencengangkan.
Banyak orang yang tak sadar lantas bekerja keras tanpa menoleh apapun yang ada dibelakangnya. Mereka bekerja keras hanya untuk 25% dari jatah nikmatnya. Banyak diantara kita, termasuk saya sendiri melupakan bahkan membuang 75% dari jatah nikmat yang telah Tuhan rencanakan untuk mereka. Untuk itulah penyadaran diri akan hukum ketuhanan sangat penting dalam hal ini, dimana jika kita telah mampu menguasainya, segala apa yang kita perbuat akan dilandaskan dari akal dan hati. Hal ini selaras dengan pernyataan gus Faus bahwa konsep diatas bukan hanya sekedar konsep yang membutuhkan banyak rasionalisasi, tapi konsep diatas membutuhkan seperangkat keyakinan dari hati yang pada waktunya akal akan membenarkannya, bukan malah sebalikanya.
Bagaiamanakah cara mendapatkan nikmat minhaisulayahtasib yang 75% itu?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Gus Fauz menjanjikan waktu lain untuk menjelaskannya secara detail. Namun beliau memberian bayangan atau jelasnya indikator sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan diatas.
Berbicara nikmat minhaisulayahtasib, maka kita akan membahas tentang bagaiama agar nikmat-nikmat Tuhan yang tak disangka-sangak terus hadir dalam hidup kita. Maka dari itu, tips yang paling sederhana adalah sering-sering memberikan nikmat kejutan kepada orang lain. Seperti tiba-tiba memberikan uang kepada orang yang sedang membutuhkan, tiba-tiba menawarkan bantuan kebaikan kepada orang yang sedang membutuhkan, atau bahkan sering-sering memberikan sodakoh kejutan untuk orang-orang yang sekiranya membutuhkan. Semakin sering kita memberikan kejutan nikmat kepada orang lain, semakin sering pula Allah akan menurunkan nikmat yang tak disangka-sangkanya untuk kita.
By: Hasan Suryawan
Rf: Ahmad Fauz
Rf: Ahmad Fauz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar