Saya
mengenal kopi sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu, dimulai sejak saya kuliah
di Kota Malang, atau lebih tepatnya disaat saya memasuki sebuah organisasi
kampus. Sejak itu, acara ngopi menjadi rutinitas keseharian, entah di waktu
siang ataupun malam. Karena membentuk kader yang loyal bagi sebuah organisasi
takkan pernah tercipta kalau hanya mengandalkan rutinitas di Bascecamp organisasi. Tentu harus ada
tempat lain, diwaktu yang lain dan dengan suasana yang berbeda, dimana semua
anggota organisasi dapat bercengkrama membahas segala macam hiruk pikuk isu
dunia mahasiswa. Tempat yang dimaksud salah satunya ialah warung kopi, atau
biasa kami sebut Warkop.
Sebagian
orang memang akan beranggapan negatif jika mendengar Warkop. Entah karena
suasana warkop yang terkadang ‘sumpek’ dengan asap rokok, atau dengan keriuhan
suara gitar di salah satu sudut meja pelanggan, atau juga dengan keseruan
sekelompok mahasiswa yang asyik main kartu dan lain sebagainya. Sehingga kebanyakan
(tidak semuanya) mereka yang hobi ke warkop adalah mahasiswa purna yang tak
kunjung lulus dari kuliahnya. Tapi ini hanya asumsiku saja, karena memang tidak
pernah ada penelitian mengenai tema tersebut. Tapi fakta-fakta diatas itulah
kemudian memberikan image bahwa
warkop ialah sebuah tempat yang didentik untuk para perokok, atau tempat mahasiswa
yang tak kunjung diwisuda.
Biasanya
jika teman-teman ingin nongkrong di sebuah warkop, mereka akan mengajak dengan satu
prasa, “ayo ngopi”. Namun jika sudah
berada di warkop tentu tidak melulu harus memesan kopi, bisa saja pesan es atau
teh hangat, bisa juga pesan jus buah, pesan susu juga bisa. Namun memang kebanyakan
orang akan memesan kopi karena warkop memang memiliki ciri khas yaitu kopi
sesuai dengan namanya. Disamping itu, anak-anak motor (komunitas motor)
ternyata punya istilah lain untuk mengganti istilah ngopi, misalnya kopdar,
atau meet up. Ya terserah apapun
istilahnya, yang terpenting pada intinya berkumpul bertukar cerita dan kisah,
kesan hidup, mendengarkan suka duka teman-teman, membagi ilmu ataupun
sebaliknya menimba ilmu dari teman-teman seperkopian adalah kegiatan yang positif
dan sangat bermanfaat.
Sebagaian
orang memang tidak menyukai kopi, alasannya karena pusing, tidak bisa tidur (insomnia)
dan mual-mual setelah minum kopi, asal bukan kopi sianida aja. Setelah itu
biasanya orang tersebut akan mulai berpindah hati ke minuman lain. Tapi memang
bagi pemula merasa mual, pusing, dan insomnia adalah gejala yang wajar. Pasti ada
yang tanya, apa sih pentingnya minum kopi? Sampai harus berkorban di awal-awal
untuk pusing, mual dan insomnia. Jawabannya silahkan cari di google, ada
sekitar belasan bahkan puluhan manfaat kopi. Orang yang telah menjadi pecinta
kopi (untuk tidak memakai istilah pecandu kopi) dan biasa minum kopi justru
akan merasakan gejala yang kebalikannya dengan gejala pemula. Misalnya tidak
merasa mual, bahkan jika ia tidak ngopi dalam sehari kepalanya akan terasa
pusing dan sakit, serta kopi justru akan membuat ngantuk.
Terlepas
ada atau tidaknya studi tentang hal ini, faktanya kopi akan membuat seseorang
bersemangat, mungkin karena effek kafein di dalamnya. Membuat seseorang lebih
betah untuk mikir, sehingga tak heran jika seorang mahasiswa ngelembur tugas
pasti ada kopi yang menemani. Selain bertujuan untuk selalu meng-on-kan otak,
minum kopi diam-diam sudah menjadi “life style” masa kini. Sehingga bisnis
warkop sangat berkembang pesat di pusat-pusat kota pelajar seperti Malang,
Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya.
Memang,
kopi memiliki banyak rasa varian. Setiap daerah di indonesia memiliki cita rasa
kopi yang berbeda. Misalnya yang terkenal kopi Gayo Aceh, kopi lanang (jawa),
beberapa jenis kopi robusta, kopi luwak, kopi sembalun (lombok), Malabar dan
masih banyak lagi. Selain itu metode penyajiannya pun bermacam-macam, yang
paling sederhana ya tubruk. Namun kopi terbaik saya ialah gayo aceh, kopi
sembalun dan kopi Lombok pastinya. Yang sama dari semua kopi ialah pastinya
memiliki rasa pahit dan perbedaannya justru banyak terletak pada aromanya.
Kembali
ke tema, karena saya sudah bercumbu dengan kopi sejak beberapa tahun yang lalu
maka sulit memisahan kopi dengan hidupku. Misalnya, ketika saya sedang sakit
batuk tentu baiknya saya akan libur tuk
sementara waktu untuk minum kopi. Jika tidak, penyakit batuk ini tidak akan
mereda. Pernah saya mencobanya sehari saja tanpa kopi, maka kepala saya pusing
dan sakit. Awalnya ragu, mungkinkah penyebabnya karena tidak ngopi?. Padahal sarapan
dan makan siang sudah terjadwal ketat, maklum karena sakit. Tapi tohh sakit kepalanya ini tidak
hilang-hilang.
Hingga
malam tiba, sakit kepala ini tidak hilang-hilang. Akhirnya saya mencoba satu
obat terakhir, apa itu?, ya.. minum kopi. Saya kemudian membuat segelas kopi,
kemudian saya seruput. Sepuluh menit setelah menyeruput kopi itu, rasa sakit di
kepala kemudian mulai mereda. Saya seruput lagi, 20 menit kemudian hampir
hilang. Dan tidak sampai satu jam, rasa pusing dan sakit kepala tadi hilang
dengan begitu cepat. Sehingga saya bisa mengerjakan tugas-tugas, pikiran
kembali bersemangat dan ini bukan sugesti. Saya sadar akhirnya kopi membuat
segalanya semakin baik dan membuat saya lebih produktif, terima kasih kopi,
terima kasih Allah yang telah membuat kopi untuk manusia.
Namun
tak semua orang diharuskan untuk minum kopi. Beberapa orang harus menghindari
kopi dikarenakan penyakit yang dideritanya. Tak ada keharusan seseorang untuk
menikmati kopi. Ngopi bukan paksaan, sehingga tidak ada alasan orang lain untuk
mencela para pecinta kopi. Karena selama ini kopi selalu diidentikkan dengan
rokok, padahal rokoklah yang identik dengan kopi. Toh banyak wanita pecinta kopi, toh
lebih banyak laki-laki pengopi namun tidak merokok. Dan saya bukan menilai
rokok itu tidak baik, namun saya hanya menegaskan bahwa kopi memiliki manfaat
yang jauh lebih baik. Semoga menginspirasi.
Oleh: Muh. Hasan
Suryawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar