Sebagai
manusia biasa tentu kita pernah dan sering merasakan yang namnya sakit. Penyakit
yang kita derita tentu bak teman sejati yang selalu menemani perjalanan hidup
kita mulai sejak balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga masa tua. Cara menyikapinya
pun berbeda-beda, tergantung usia manusia tersebut. Ketika penyakit datang
ketika masih balita maka penyakit tersebut akan dimaknai sebagai tanda
bertambahnya pertumbuhan bayi. Pun ketika suatu penyakit datang ketika di usia
senja, maka pasti itu dimaknai sebagai penyakit tua yang harus dihadapi dengan
pasrah dan sabar.
Jenis
penyakit yang menghinggapi tubuh manusia pun memiliki beberapa klasifikasi dan
tipe. Ada penyakit yang ringan, sedang bahkan sampai penyakit berat. Datangnya
penyakit pun taka ada yang bisa memprediksi, terkadang penyakit datang perlahan
kemudian memburuk. Bahkan ada beberapa penyakit yang tiba-tiba disadari ketika
ia sudah berada pada stadium lanjut (kondisi parah). Tak ada satupun manusia
yang dapat menjamin diri mereka terhindar dari semua penyakit, karena memang
manusia tidak mengetahui kapan ia mati.
Namun
ada satu masalah yang seringkali dialami oleh orang yang sakit, yaitu merasa
resah dan was-was atas penyakitnya. Namun tak sedikit orang-orang optimis untuk
sehat dan lepas dari penyakit yang ia derita. Perasaan resah ini bukannya
membuat kondisi kesehatan membaik, justru sebaliknya akan membuat penyakit lama
untuk disembuhkan. Tentu tidak ada gunanya merasa resah. Jika ia merasa yakin
untuk sembuh maka tidak ada gunanya merasa resah, sebaliknya jika ia menganggap
sudah tidak ada harapan hidup lagi toh resah tidak membawa manfaat.
Perasaan
was-was atau resah memang memiliki banyak penyebab, diantaranya merasa ibadah
yang kurangh ketika ia masih sehat dulu, resah melihat anak-anaknya yang masih
kecil jika terjadi kemungkinan terburuk, ataupun resah yang di alami oleh orang
yang belum menikah dan punya anak, karena jika mati lantas siapa yang mendoakan
dan sebagainya. Sehingga memang sangat penting memperbaiki diri selagi masih
sehat, beribdah sekuat tenaga dan pikiran, berusaha menjadi yang terbaik bagi
diri sendiri maupun kepada orang lain. Dan jika belum memiliki anak, mungkin
bisa disegrakan agar investasi anak dapat membawa kebaikan setelah kita mati.
Dalam
islam, orang sakit itu akan diangkat tiga hal, salah satunya ialah dosa-dosa
dan kesalahannya. Tentu justru merasakan sakit ialah kebaikan yang harus
disyukiri dan terus berhusnudzhan terhadap ketentuan yang telah
diberikan oleh Tuhan.
Selain
kebesaran hati bagi si penderita penyakit, kebesaran hati juga harus senantiasa
ada di dalam hati keluarga. Ketika salah satu anggota keluarga sakit, inilah
moment dimana kerjasama dan kesolidan suatu keluarga akan teruji. Dimana penderita
penyakit atau keluarganya akan sangat mengharapkan bantuan dari sanak keluarga
yang lainnya.
Jika
salah seorang anggota keluarga sakit maka anggota keluarga lainnya akan menghdapi
tantangan baru, misalnya seorang bapak dari suatu keluarga sakit, maka si anak
akan berusaha mengatur waktu sebaik mungkin antara pekerjaan atau sekolah
dengan menjaga ayahnya. Tak hanya kebesaran hati untuk menerima penyakit
tersebut juga kebesaran pikiran untuk mengatur urusan keluarga dan pekerjaan
secara bijak.
Pada
akhirnya turunnya suatu penyakit ialah semata-mata karena Tuhan menghendaki
kebaikan bagi mereka yang merasakan sakit. Saya tidak mengatakan penyakit itu
khendak dan diturunkan atas kemauan Tuhan, namun saya terlebih ingin menganggap
bahwa dengan penyakit tersebut dosa dan kesalahan seseorang diangkat. Bukankah ini
bentuk kebaikan dari Tuhan?. Karena kita selalu merasa baik dan tidak pernah
melakukan kesalahan, namun Tuhanlah yang mengetahui seberapa besar amal dan
perbuatan kita. Tentua Dia pula yang menentukan seperti apa cara kesalahan hambanya
dihapuskan.
Wallahua’lam
Oleh
Muhammad Hasan Suryawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar