Buat teman-teman PAI, khususnya yang di kelas G. Sebelum kita mengerjakan tugas Teologi Islam, yang dari bapak dosennya nyuruh kita buat sebuah artikel. Hmm sebenarnya apa sih artikel itu?. Sek sek,, tak jelasin yahh...
Artikel itu tulisan pribadi di media massa/jurnal ilmiah yang merespon sebuah fenomena. Karena sifat di media massa yang memiliki halaman terbatas, maka fenomena yang dibahas hanya sepintas saja, inti gagasan yang lebih kuat ditekankan, dan itu sangat tergantung pada subyektivitas penulisnya. Jadi pemahaman penuis atas masalah yang ada mau diangkat sangat penting. Terus ada yang tanya, bagaimana cara supaya kita paham tentang masalah yang kita tulis??? Hufs,, gampang kok, diantanya adalah banyak baca buku, sering share ma temen-temenmu tentang masalah yang mau di angkat, atau kalo nggak ya cara yang paling simple, yaitu Browsing..
Orisinalitas karya/gagasan amat menentukan bukan hanya bobot karya, tetapi juga bobot atau kualitas penulisnya. Ragamnya fenomena, mendorong orang untuk melakukan klasifikasi. Secara umum klasifikasi artikel adalah:
1. Arikel Politik: Soal DPR, strategi militer, masa depan politik. Lahirnya sebuah gerakan, dsb..
2. Artikel sosial: Persoalan BLT, penanganan gempa, pengemis dan gelandangan.
3. Artikel ekonomi: perhitungan kebijakan kenaikan BBM, tanggapan terhadap perhitungan RAPBN dan sebagainya.
4. artikel budaya: di samping pentas kesenian persoalan humaniora, sejarah.
Namun Pembagian atau klasifikasi itu tidak kaku. Bahkan terkadang masing-masing kelas tidak mampu mewadahi, karena masing-masing klasifikasi bisa saling mempengaruhi. Misalnya karya artikel tentang tinjuan politik ekonomi kita atau sejarah politik.
Diluar artikel semacam itu, masih ada bentuk-bentuk artikel lain yang kini sedang populer. Misalnya artikel-artikel kiat. Cukup banyak memburu artikel semacam ini. Banyak ragamnya, misalnya kiat kesuksesan, tips belajar yang baik, resep makanan, atau malah bisa saja kita membuat artikel cara hebat mensukseskan hubungan seksual misalnya. Artikel petunjuk praktis itu cukup laku di pasaran.
Ada satu lagi arikel, yang disebut sebagai resensi buku. Ini juga tergolong sebagai artikel. Hanya saja dalam resensi buku kupasan dibatasi oleh isi buku itu sendiri. Artinya, sama-sama menganalisa, tetapi seorang penulis resensi sudah dipatok untuk menganalisa sebuah buku. Menganalisa atau meresensi sebuah buku, menurut sastrawan Budi Dharma, bukan saja membuat abstraksi atau meringkas isi buku. Lebih dari itu, meresensi buku adalah merefleksikan isi buku dengan kondisi kekinian. Atau, sebisa mungkin kita berusaha mengaktualkan isi buku menjadi bagian yang penting dalam hidup kita. Contoh Resensi buku Maxhavelaar oleh Maria wartawati kompas.
Mungkin artikel yang sejenis ini yang hendak kita tulis. Meresensi sebuah buku yang berisi tentang pemahaman atau aliran-aliran yang terjadi di era sekarang ini. Terus..
Bagaimana Menulis Artikel ?
Kalo mau nulis artikel itu, keterampilan berbahasa dan tulis menulis memang menjadi modal yang utama. Kekayaan kosa kata bisa menolong seorang penulis artikel. Karena itu memperkaya diri kosa kata dan berlatih mengolah kata menjadi kalimat, sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin belajar menulis artikel.
Namun bagusnya sebuah karya artikel tidak bisa hanya ditentukan oleh keterampilan menulis. Sebagus apa kita merangkai kata, hanya akan bermakna kosong kalau di dalamnya tidak dimasuki pengetahuan-pengetahuan aktual yang kita miliki. Akan bermakna kosong, kalau kita tidak memiliki daya analisis yang tajam terhadap sebuah persoalan. Ini artinya pengetahuan memegang kunci bobot penulisan kita, bukan kata-kata yang indah. Bahkan pengamat pers Ashadi Siregar berpendapat : Dalam sebuah bangun tulisan, 80 persen ditentukan oleh tingkat intelektualitas kita, seberapa dalam kita memehami persoalan. Sedang 20 persen sisanya adalah keterapmpilan penulisan.
Sudah barang pasti, untuk mengembangkan pengetahuan, membaca adalah kegiatan penunjang yang efektif (anak SD jug tau kan). Membaca adalah bagian dari hidup seseorang yang ingin menulis sebuah artikel atau menulis tulisan-tulisan yang lain. Kita akan menjadi penulis yang baik, manakala kita bisa menjadi pembaca yang baik. Apa saja bisa kita baca. Dengan itu penumpukan ide akan terjadi. Jadikan sebuah bacaan atau pengalaman menjadi naluri gerak hidup kita. (ilustraisi orgel gereja Blenduk Semarang).
Adapun langkah-langkahnya nihh..
Ambil Lepi
anda, hidupkan, dan mulailah menulis.. “Karena dalam menulis itu yang
terpenting adalah aksi bukan hanya orientasi.” (Hasan Suryawan: 2012)
Artikel By: Hasan Suryawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar