Oleh Muh Hasan Suryawan
Kata profesional seringkali kita dan
selalu identik dengan sebuah pekerjaan. Menjadi profesional dalam sebuah
profesi menjadikan kita benar-benar diakui kapasitas dalam profesi yang sedang
kita emban.
Dokter dikatakan profesional apabila ia
menguasai keahliannya dan mengetahui ilmu medis. Pilot dikatakan profesioanal
apabila ia mampu menerbangkan pesawat dengan baik apapun kondisi cuaca. Manager,
karyawan dan lainnya harus profesional apabila mereka mampu menjalankan
tugasnya dengan baik dan benar, serta efektif efisien.
Jika makna profesional hanya sebatas
disana, berarti kata profesional identik dengan perusahan atau industri atau
semacamnya. Kalau memang demikian, kata profesional tak begitu merakyat untuk
mengatakan bahwa tukang bangunan, sopir angkot, tukang ojek online atau driver
travel harus profesional dalam menjalankan perannya.
Namun apakah makna profesional hanya
dipakai untuk sebuah profesi?, atau hanya digunakan di dalam kantor-kantor
perusahan, industri dan semacamnya?. Mungkin kita bisa memaknai kata tersebut
dengan lebih luas. Dengan kata lain, semua profesi, semua pekerjaan, semua
jabatan, bahkan semua status sosial harus dijalankan dengan ‘profesioanl’.
Aku bukan ahli managemen, namun setidaknya
makna profesioanl dalam pikiranku dalah mereka yang bertanggung jawab, memahami
tugasnya dengan benar dan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Tuntutan
profesioanal sangat penting bagi sebuah perusahan untuk karyawan meraka agar
perputaran organisasi di dalamnya berjalan dengan baik. Bagaimana tidak hal ini
juga dituntutkan juga kepada profesi atau peran yang lain.
Misalnya sebagai orang tua atau seorang
suami dalam sebuah keluarga haruslah benar-benar menjadi ‘profesioanal’
menjalankan tugasknya sebagai kepala keluarga. Sebagai seorang anak harusnya
harus benar-benar berperan dan menjalankan tugasnya sebagai anak. Jika ini
dijalankan betapa teraturnya kehidupan rumah tangga seseorang, karena
profesioanal, tidak ada istri yang berperan sebagai suami (imam) ataupun
sebaliknya.
Pun bagi seorang mahasiswa harus
profesional mengerjakan tugas dan kewajabannya sebagai pelajar dengan baik.
Seorang guru pun harus benar-benar menguasai medannya ketika hendak menjadi
guru. Seorang TNI, Polisi dan lainnya harus benar-benar menjalankan tugasnya
sesuai aturan yang telah digariskan.
Termasuk bagi seorang pelajar ataupun
mahasiswa. Mereka biasanya banyak dibebankan aturan dan tugas akademik yang
terkadang menyulitkan mereka. Tak banyak yang malas dan menganggap tak
mengerjakan tugas dari guru atau dosen adalah perilaku anak muda yang menuntut
seorang pendidik harus memakluminya. Lalu ketika pendidik dituntut profesional,
apakah murid boleh seenaknya?. Jawabnnya harus kedua belah pihak memiliki sikap
profesional.
Rasa malas yang seringkali menghinggap di
dalam hati para pelajar setidaknya diberikan motivasi yang berbeda. Mengerjakan
tugas dengan alasan menyelesaikan kewajiban tak begitu ampuh membuat para
pelajar mentaatinya, pun jika tugas itu dikerjakan maka akan dikerjakan
sembarangan saja. Namun tak salah jika kata profesional itu membumi dan
merakyat. Pelajar harus profesional dengan ‘profesi’ dan perannya sebagai
pelajar. Semua tentu harus dikerjakan dengan kesungguhan, dijalani dengan rasa
penuh tanggung jawab, bisa dipercaya, dan tentu dengan hasil yang baik.
Untuk itulah mulai saat ini, belajar
untuk menjadi orang yang profesional. Mengapa? Karena itu kunci kesuksesan.
Bagaimana mau profesional di dunia kerja, jika ketika masih menjadi siswa
ataupun mahasiswa saja tidak profesional. Disatu sisi, dunia kerja membutuhkan
orang-orang yang profesional. Belajar karena anda memang benar-benar
profesional.
Mungkin bisa juga dilakukan kepada
seseorang yang menganggap dirinya memiliki agama, apapun agamnya. Sebuah agama memiliki
banyak aturan dan kewajiban yang harus dijalani. Misalnya dalam islam,
penganutnya memiliki kewajan shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Hal kecil
saja, dalam menjalankan shalat banyak sekali kelalaian kita, entah tak tepat
waktu dan lainnya. Artinya kita tidak profesinal menjalani agama yang kita
anut. Perusahan akan memotong gaji atau memotong gaji bahkan memecat
karyawannya yang tak profesional. Lalu bagaimana dengan Tuhan, sang pemilik
agama yang kita anut ketika melihat penganutnya tak menjalankan aturan-aturan
agamanya dengan profesional?. Wallahualam, entahlah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar