Translate

BIDADARI SURGA

Gusss….” Seseorang berteriak dari pintu UKM.

Aku tak menoleh karena sedang sibuk membereskan beberapa tumpukan koran yang aku keluarkan dari almari. Iya, Hari itu hari minggu. Dimana suasana sekret agak lengang. Melihat kondisi yang tak seramai biasanya, aku bersama Ning Fifin berinisiatif untuk membersihakan sekret atau kami menyebutnya sebagai Kedai Sinau. Terdengar sayup-sayup wanita yang baru saja memanggil. Aku pun tak sengaja ingin melihat siapakah gerangan yang ada di depan pintu.

Terlihat wanita yang tak terlalu tinggi. Menggunakan make up dan itu membuatnya terlihat begitu indah. Dia menggunakan jilbab berwarna biru dengan kombinasi warna lain melingkari disekitarnya. Kemudian ditambah embel-embel aksesoris, entah apa mungkin nama istilah embel-embel itu bagi kaum wanita. Yang jelas, itu alasan kedua yang membuatnya terlihat begitu indah. Beralih ke bagian bawah sedikit. Terlihat pakaian yang ia kenakan berwarna cokelat bermotif batik asli Indonesia, lengkap dengan aksesoris bunga ditengah-tenganya. Lengan bajunya sangat renggang, sehingga ia terlihat begitu anggun. Ini adalah alasan ketiga yang membuatnya lagi-lagi terlihat semakin indah. Dan alasan terakhir yang membuatnya sungguh indah, yang mana hal inilah yang menjadi dasar dari semua keindahan yang mengalihkan pandanganku pagi itu. Jika si Hanan, yang katanya Radit memiliki hidung Semeru, maka wanita yang aku lihat kali ini memiliki senyuman dingin yang bisa menggetarkan dada. Hingga mulutku tanpa disadari menganga saat proses pandangan pertama itu sedang berlangsung. Moment ini tak lama, hanya beberapa detik saja. Namun rasanya aku telah terbang ke angkasa, tepatnya kelangit ketujuh dan menghirup segarnya udara di surga.

WARNA-WARNI KEDAI SINAU PASCA PRA XV LKP2M

“Kini musim telah berganti. Musim kemarau di Kedai Sinau telah berubah menjadi musim hujan yang indah. Dimana bunga-bunga mulai tumbuh subur, rumput mulai menghijaukan halaman. Kemudian kumbang mulai berterbangan dan berputar-putar diatas bunga-bunga untuk mencari setetes madu untuk kehidpuannya yang lebih baik. Ada kumbang yang beruntung, karena ketika hendak hinggap di satu bunga, ia langsung mendapatkan madu yang dicari-carinya. Ada juga kumbang yang kurang beruntung. Karena Ia harus berpindah tempat demi mendapatkan madu yang ia harap-harapkan. Bahkan ada kumbang yang sampai saat ini belum jua menemukan maduanya walau telah berpindah beberapa kali dari satu bunga ke bunga yang lain”

Jika tulisan ini adalah sebuah jurnal, maka saya akan jadikan paragraf pertama diatas sebagai Abstraknya. Ya, tema inilah yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini, tentang Warna Warni keindahan taman di Kedai Sinau alias UKM LKP2M pasca PRA XV LPK2M.

Semenjak kehadiran para anggota baru atau anggota PRA XV LKP2M pasca DIKLAT beberapa hari yang lalu, kini suasana Kedai Sinau tak sebeku tahun-tahun sebelumya. Kesepian dan kehampaan itu bahkan masih terniang-niang di dalam benak saya. Setiap kali saya datang ke Kedai Sinau, maka bisa diastikan orang-orang yang sedang berada di dalamnya. Misalnya sosok Gus Hafids, yang selalu terlihat misteri jika orang lain belum masuk selangkah lebih maju ke dalam kehidupannya. Karena di dalam diri Gus Hafid sebenarnya bersemayam suasana persis seperti kehebohan disebuah taman kanak-kanak. Ada lagi sosok lain yang selalu menampakkan dirinya. Jika Merapi memiliki (alm) Mbah Marijan sebagai juru kunci yang setia mengabdi dibawah lerengnya, maka Kedai Sinau pun memiliki Gus Munawar, sebagai juru kunci yang selalu membuka pintu Kedai Sinau. Jika saya sebutkan Gus-Gus yang lain, maka ada Radit yang selalu  sibuk dengan Sudoku di koran harian Kompas, ada Ghulam yang selalu sibuk dengan Android barunya (ini dampak dari shok culture), ada Iwan yang selalu membaca buku, entah membaca buku-buku keilmuan atau membaca buku keakhheratan, alias Al Qur’an. Maklum, cita-cita besarnya adalah ingin menjadi seorang kyai. Kemudian memiliki pesantren dan Mbh Nyai (istri) yang cantik dan sholehah seperti kata Roma Irama. Sedangkan dari kalangan Ning sendiri, hanya ada Ning Ichmi yang selalu meluangkan waktunya setiap hari untuk datang ke Kedai Sinau. Entah ia menyibukkan diri dengan mengerjakan hal-hal yang berbau administrasi UKM atau hanya beridam diri dan fokus di depan leptop Thosibanya. Ia adalah wanita yang lain dari yang lain, bahkan terlalu unik untuk menjelaskannya.

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...