Translate

MELEBUR KUTUKAN DENGAN KUTUKAN

Ini part yang menarik untuk saya tulisakan. Sudah lumayan lama mengendap di dalam pikiran saya tentang sebuah kutukan yang dilebur oleh kutukan. Artinya, suatu kutukan akhirnya kalah dengan kutukan yang lainnya. Kok kejadian ini bisa terjadi?. Bisa saja gan. Namun, semua pendapat yang ada pada tulisan ini hanya bersifat asumsi. Dengan kata lain hanya sebagai candaan namun masuk akal juga siii…

PERUBAHAN DEMI PERUBAHAN HINGGA PIJAKAN YANG KE 21 TAHUN


“Waktu terus mengalir bak tetesan air hujan dari atas awan, menggerus usia seorang manusia tanpa henti. Perlahan demi perlahan, gerusan itu akan sampai pada posisi dimana kita berdiri sekarang. Hingga pada akhirnya kita akan terjatuh untuk selama-lamanya dari atas dunia. Setelah kemusnahan itu kita rasakan, apa yang sudah kita perbuat untuk mereka yang masih berada jauh dibelakang sana?. Apakah hanya satu nama? Apakah hanya sebuah cerita? Atau hanya tetesan tangisan air mata?. Tentu tidak hanya itu. Jika usia kita tak sepanjang kehidupan, maka sambunglah ia dengan peradaban yang telah membuat dan merubah kehidupan manusia menjadi lebih baik. Itulah cita-cita sesungguhnya itu”

SEBUAH HARAPAN UNTUK SANG BIDADARI

Saat pertama kali aku bertemu dengan sosok bidadariku, aku ingin sekali menuliskan sesuatu. Entah aku ingin menuliskan sebuah puisi, cerpen ataupun sebuah tulisan yang eksklusif hanya membahas tentang kehadirannya saat ini. Namun at the firs sight, aku sama sekali tidak bisa menulis tentang keindahan itu. Bahkan untuk menulis satu paragraf pun aku tak sanggup rasanya. Hatiku masih membaca, siapakah sosok bidadari yang tiba-tiba datang dan membawa kejutan terindah dalam kehidupanku ini?. Ya, dia tak ubahnya seperti seorang bidadari yang Tuhan kirimkan langsung menghampiriku. Setelah sekian lama aku memutuskan untuk tidak menyayangi seorang wanita. Setelah apa yang telah wanita lakukan untukku. Baru saat inilah, prinsip itu akhirnya runtuh.

BIDADARI SURGA

Gusss….” Seseorang berteriak dari pintu UKM.

Aku tak menoleh karena sedang sibuk membereskan beberapa tumpukan koran yang aku keluarkan dari almari. Iya, Hari itu hari minggu. Dimana suasana sekret agak lengang. Melihat kondisi yang tak seramai biasanya, aku bersama Ning Fifin berinisiatif untuk membersihakan sekret atau kami menyebutnya sebagai Kedai Sinau. Terdengar sayup-sayup wanita yang baru saja memanggil. Aku pun tak sengaja ingin melihat siapakah gerangan yang ada di depan pintu.

Terlihat wanita yang tak terlalu tinggi. Menggunakan make up dan itu membuatnya terlihat begitu indah. Dia menggunakan jilbab berwarna biru dengan kombinasi warna lain melingkari disekitarnya. Kemudian ditambah embel-embel aksesoris, entah apa mungkin nama istilah embel-embel itu bagi kaum wanita. Yang jelas, itu alasan kedua yang membuatnya terlihat begitu indah. Beralih ke bagian bawah sedikit. Terlihat pakaian yang ia kenakan berwarna cokelat bermotif batik asli Indonesia, lengkap dengan aksesoris bunga ditengah-tenganya. Lengan bajunya sangat renggang, sehingga ia terlihat begitu anggun. Ini adalah alasan ketiga yang membuatnya lagi-lagi terlihat semakin indah. Dan alasan terakhir yang membuatnya sungguh indah, yang mana hal inilah yang menjadi dasar dari semua keindahan yang mengalihkan pandanganku pagi itu. Jika si Hanan, yang katanya Radit memiliki hidung Semeru, maka wanita yang aku lihat kali ini memiliki senyuman dingin yang bisa menggetarkan dada. Hingga mulutku tanpa disadari menganga saat proses pandangan pertama itu sedang berlangsung. Moment ini tak lama, hanya beberapa detik saja. Namun rasanya aku telah terbang ke angkasa, tepatnya kelangit ketujuh dan menghirup segarnya udara di surga.

WARNA-WARNI KEDAI SINAU PASCA PRA XV LKP2M

“Kini musim telah berganti. Musim kemarau di Kedai Sinau telah berubah menjadi musim hujan yang indah. Dimana bunga-bunga mulai tumbuh subur, rumput mulai menghijaukan halaman. Kemudian kumbang mulai berterbangan dan berputar-putar diatas bunga-bunga untuk mencari setetes madu untuk kehidpuannya yang lebih baik. Ada kumbang yang beruntung, karena ketika hendak hinggap di satu bunga, ia langsung mendapatkan madu yang dicari-carinya. Ada juga kumbang yang kurang beruntung. Karena Ia harus berpindah tempat demi mendapatkan madu yang ia harap-harapkan. Bahkan ada kumbang yang sampai saat ini belum jua menemukan maduanya walau telah berpindah beberapa kali dari satu bunga ke bunga yang lain”

Jika tulisan ini adalah sebuah jurnal, maka saya akan jadikan paragraf pertama diatas sebagai Abstraknya. Ya, tema inilah yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini, tentang Warna Warni keindahan taman di Kedai Sinau alias UKM LKP2M pasca PRA XV LPK2M.

Semenjak kehadiran para anggota baru atau anggota PRA XV LKP2M pasca DIKLAT beberapa hari yang lalu, kini suasana Kedai Sinau tak sebeku tahun-tahun sebelumya. Kesepian dan kehampaan itu bahkan masih terniang-niang di dalam benak saya. Setiap kali saya datang ke Kedai Sinau, maka bisa diastikan orang-orang yang sedang berada di dalamnya. Misalnya sosok Gus Hafids, yang selalu terlihat misteri jika orang lain belum masuk selangkah lebih maju ke dalam kehidupannya. Karena di dalam diri Gus Hafid sebenarnya bersemayam suasana persis seperti kehebohan disebuah taman kanak-kanak. Ada lagi sosok lain yang selalu menampakkan dirinya. Jika Merapi memiliki (alm) Mbah Marijan sebagai juru kunci yang setia mengabdi dibawah lerengnya, maka Kedai Sinau pun memiliki Gus Munawar, sebagai juru kunci yang selalu membuka pintu Kedai Sinau. Jika saya sebutkan Gus-Gus yang lain, maka ada Radit yang selalu  sibuk dengan Sudoku di koran harian Kompas, ada Ghulam yang selalu sibuk dengan Android barunya (ini dampak dari shok culture), ada Iwan yang selalu membaca buku, entah membaca buku-buku keilmuan atau membaca buku keakhheratan, alias Al Qur’an. Maklum, cita-cita besarnya adalah ingin menjadi seorang kyai. Kemudian memiliki pesantren dan Mbh Nyai (istri) yang cantik dan sholehah seperti kata Roma Irama. Sedangkan dari kalangan Ning sendiri, hanya ada Ning Ichmi yang selalu meluangkan waktunya setiap hari untuk datang ke Kedai Sinau. Entah ia menyibukkan diri dengan mengerjakan hal-hal yang berbau administrasi UKM atau hanya beridam diri dan fokus di depan leptop Thosibanya. Ia adalah wanita yang lain dari yang lain, bahkan terlalu unik untuk menjelaskannya.

IDEOLOGI VERSUS REALITA



Mendengar kata mahasiswa, pada umumnya sangat identik dikaitkan dengan ideologi-ideologi atau pemikiran-pemikiran yang mereka anut. Terkadang idealitas mereka keluar begitu saja yang didasari atas beberapa pemahaman yang mereka dapatkan dilingkungan akademik perkuliahan, lingkungan organisasi ataupun lingkungan lainnya, seperti lingkungan bergaul dan teman sejawat. Idealitas mereka juga sangat dipengaruhi oleh buku-buku yang mereka baca. Tentu pembahasan mengenai ideologi kali ini saya fokuskan pada mahasiswa pada umumnya. Karena seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, ada tiga jenis mahasiswa yang kita kenal, pertama jenis mahasiswa akademik, kedua mahasiswa organisatoris dan ketiga jenis mahasiswa gabungan antara keduanya. Namun, ada juga jenis mahasiswa yang lainnya seperti mahasiswa hedonis. Tapi terlepas dari semua itu, seorang mahasiswa minimal memiliki ideologinya masing-masing, yang mana hal itu akan mendasari semua hal yang mereka lakukan.

Keberlangsungan dari ideologi-ideologi yang mahasiswa anut hari ini ternyata tidaklah bertahan lama. Ketika mereka tumbuh menjadi seseorang yang bukan seorang mahasiswa lagi. Dimana tanggung jawab telah bertambah sekian lipat dari biasanya. Selain tanggung jawab dalam pekerjaan, mereka juga akan dihadapkan dengan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga yang harus mencukupi segala kebutuhan keluarga. Ideologi tinggalah ideologi. Ia terkubur bersama kenangan masa indah mereka saat masih menjadi mahasiswa dulu.

BALADA TENTANG CINTA SEJATI DAN TAKDIR TUHAN


Oleh M. Hasan Suryawan
(Penulis adalah Mahasiswa PAI di UIN Maliki Malang)

         Aku tak paham sedikitpun mengenai semua takdir dari-Nya. Pikiranku, bahkan tak kuasa melihat jauh kesana, persis seperti ketidakkuasaan pikiran ini memikirkan dzat-Nya. Ketika manusia sudah tak mampu lagi berbuat, berkata apalagi merubah sesuatu yang telah ditakdirkan, mereka biasanya akan mengatakan satu kalimat yang ia ucapkan untuk membuat dirinya sendiri merasa tegar. Adalah sebuah kalimat yang juga berarti sebuah harapan di masa depan; Tuhan Tahu Tapi Menunggu.
        Pernahkah kita disuatu waktu merasakan cinta yang begitu mendalam kepada seseorang. Cinta yang katanya alam semesta sebagai cinta sejati miliki kita. Seluruh jiwa dan raga pun diserahkan kepada sang pemilik cinta. Siang dan malam tak lagi terasa berbeda, karena kebahagiaan telah menyatukan keduanya. Yang ada di dalam hatinya hanyalah keceriaan, bagai sebuah siang di bawah pepohonan rindang. Kicauan burung gereja itu, angin sepoi itu, kedamaian itu, trik matahari yang terhalang dedaunan itu, alunan musik merdu itu, seperti itulah gambaran hati orang yang memiliki cinta sejati. Yang ada di dalam hatinya hanyalah kehangatan, bagai seseorang yang ada ditengah hutan yang sangat dingin kemudian di depannya berkobar api unggun. Bintang-gemintang itu, kedinginan itu, api unggun itu, kehangatan itu, suara bintang malam itu, kesunyian itu, seperti itulah kedamian dan kehangatan di hati mereka yang sedang memiliki cinta sejati.
         Tapi itu cinta yang belum teruji. Jika kita mampu mengatasi ujian yang datang, maka keindahan yang akan kita raih bukan hanya sebatas seperti siang dan malam, melainkan kebahagiaan seperti di surga. Maka Tuhan kemudian mengutus setetes air mata yang tumpah di atas kobaran cinta itu. Tak bergeming. Tuhan pun menurunkan kembali dua tetes air mata. Juga tak bergeming. Tuhan kemudian menurunkan tiga tetes air mata. Pun juga tak bergeming api cinta yang sedang menyala itu. Tuhan pun menurunkan hujan air mata. Dan meluluhlantahkan kobaran api cinta itu. Padam, tak berkobar lagi. Yang tersisa hanyalah abu yang tergerus terbawa air ke dalam sungai. Kemudian berlayar ke lautan dalam. Disana, abu-abu cinta itu tenggelam ke dasar lautan. Ya, seperti itulah cara Tuhan mengubur cinta yang ada di dalam hati seorang manusia.
         Sekejam itu?. Tidak. Ingatkah kita dengan sifat kasih sayang Tuhan untuk umat manusia. Tuhan Tahu Tapi Menunggu.
         Seperti Kugi dan Kinan di dalam balada Perahu Kertas. Seperti nabi Adam dan Sitti Hawa. Lihatlah cara Tuhan menenggelamkan kapal cinta mereka. Bahkan ke dalam samudera yang paling dalam, sungguh dalam. Namun pada akhirnya mereka kembali bersama dan berlayar. Tentu kisah jilid dua itu akan lebih bermakna. Kenapa? Karena kebahagiaan yang mereka rasakan hari ini lebih bermakna. Kebahagiaan mereka kini tak hanya seperti siang hari yang cerah dengan burung-burung gereja di atas dedaunan pepohonan yang ridang. Atau tak hanya seperti dinginnya malam yang terhalang api unggun. Kebahgiaan itu kini lebih berarti karena mereka telah menemukan hakikat kebahgiaan yang sesungguhnya. Yaitu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan mereka kesempatan untuk bersama. Kini Tuhan pun telah berhasil membuat manusia mengerti akan satu kosakata agung yaitu syukur, yang semestinya sudah ada sejak pertama kali cinta itu ada.
         Tuhan Tahu Kalu Cinta Yang tulus itu akan berjodoh, tapi Tuhan menunggu datangnya hari dimana dua cinta yang telah lama berpisah itu bersatu kembali dalam balutan rasa syukur kepada Tuhan, yang menghangatkan mereka berdua di dalamnya, selamanya. Namun tak jarang, Tuhan sering mengirimkan cinta baru di dalam hidup mereka. Kemudian mereka syukuri semua nikmat-nikmat itu. Dan hidup bahagia di dunia sekaligus perantara kebahagiaan di surga, itulah kebahagiaan sejati yang dibawa oleh seorang jodoh terbaik.

KEPASTIAN UNTUK MERAIH JODOH TERBAIK


Oleh: Muh. Hasan Suryawan
Mhs. Jurusan PAI di UIN Maliki Malang

Kepastian berisi beberapa jalan yang akan memastikan diri kita meraih apa yang kita rencanakan. Pun sebuah kepastian juga berisi keyakinan sepenuh hati bahwa apa yang kita harapkan dan apa yang kita pastikan, entah berupa mimpi, cita-cita, kemauan dan lain sebagainya dapat terwujud sesuai dengan harapan. Semua manusia membutuhkan kepastian. Ini membuktikan bahwa manusia tak bisa hidup di dalam sebuah ketidakjelasan. Namun kepastian yang seperti apa yang benar-benar bisa mengantarkan manusia menuju kepada apa yang mereka harap-harapkannya?.

Kepastian ada dua macam. Peratama, kepastian yang datang dari seorang manusia. Namun, kepastian ini belum bisa menjamin sepenuhnya semua harapan itu terwujud. Misalnya kepastian seorang lelaki terhadap wanita yang ia cintai untuk ia nikahi suatu hari nanti. Kepastian semacam ini tetap dikatakan kepastian. Walaupun ada kepastian jenis kedua, yaitu kepastian dari Allah SWT (takdir yang sudah mutlak). Hanya saja presentasi terkabulnya kepastian jenis pertama tadi tak semutlak kepastian dari Allah SWT. Namun apapun bentuk kepastian yang kita harapkan di hari esok itu, tak serta merta kita gantungkan pada takdir Allah SWT, karena Manusia juga memiliki pengaruh atas takdir-takdir yang telah mereka tetapkan di hari ini. Bisa saja, karena manjadda wajada-nya seorang manusia, suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT bisa berubah.

MASA KANAK-KANAK YANG DITELAN MONSTER GLOBALISASI


Oleh Muhammad Hasan Suryawan
Mhs. Jurusan PAI di UIN Maliki Malang

Perkembangan teknologi yang sudah sangat pesat saat ini, telah banyak menorehkan perubahan hidup bagi kehidupan manusia. Perubahan itu terjadi dengan begitu cepat. Menghusir nilai-nilai lokal setempat, memudarkan budaya yang memiliki nilai etika dan estetika tinggi, yang kesemuanya itu merupakan warisan dari para pendahulu kita. Bahkan semua lini kehidupan tak bisa menghindari fenomena yang ditimbulkan oleh monster yang bernama globalisasi ini. Mulai dari bidang perekonomian, dimana globalisasi telah merubah pola kesederhanaan dan kebersahajaan masyarakat indonesia menjadi sosok-sosok manusia yang konsumtif, kemudian menjadi pemuja kaum kapitalis. Gengsi adalah bendera yang dikibarkan para kaum kapitalis agar masyarakat terus memuja produk-produk mereka. Pola belanja masyarakat kini tak lagi berlandaskan atas dasar kebutuhan, namun kini telah berubah menjadi pola yang berlandaskan “gengsi-gengsian”. Masyarakat “diharuskan” memiliki sifat gengsi karena tak memiliki handphone yang bagus, gengsi makan di warung sederhana, gengsi tak memiliki barang-barang ber-merk dan lain sebagainya. Kita tak bisa lagi merubah pola yang sudah sedemikian parahnya menjadi yang seperti dulu, karena globalisasi seperti sebuah tiket satu arah. Jika sudah masuk, maka tak bisa lagi untuk keluar.

Dalam bidang teknologi informasi pun demikian. Sifat “Gengsi” itu tetap saja ada. Beberapa hari yang lalu saya tak sengaja mendengar percakapan seseorang. Orang itu menanyakan nama twiiter temannya. Namun karena temannya ini tak memiliki twiiter, sontak orang ini mengucapkan kata-kata yang kurang lebih menjustifikasi bahwa orang yang tak memiliki twiiter adalah orang yang ketinggalan zaman. Saya pun tersenyum, bukan karena sok pintar dan sok bijak, atau pun dia belum faham atau saya sudah faham, tapi senyum saya itu menggambarkan bahwa saya sendiri berarti orang yang katrok. Karena saya kebetulan tidak memiliki akun twiiter. Budaya barat memang telah menjadi kiblat dan standar kehidupan, bukan lagi budaya dan adat istiadat lokal kita sendiri.

REKONSTRUKSI PERILAKU BERAGAMA

Oleh: Gus Hasan Suryawan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Kabiro Penerbitan di Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa LKP2M Priode 2013
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Seperti biasa, setelah melaksankan shalat magrib, biasanya saya dan beberapa teman yang bertempat tinggal di basecamp LKP2M melungkan waktu untuk sekedar mencari makanan di angkringan, tempat berjejer beberapa warung sederhana yang berlokasi dipinggiran taman Sangha yang berada di Merjosari, Malang. Tiba-tiba, salah seorang teman saya yang bernama War’i mengeluarkan satu statmen yang membuka diskusi kecil-kecilan kami sembari menunggu pesanan tempe penyet yang sedang diproses oleh ibu pemiliki warung. Apakah mungkin agama universal itu ada?

Agama universal yang dimaksud adalah agama yang mana didalamnya berkumpul orang-orang yang merindukan kehidupan yang madani. Karena relaita yang terjadi ditengah-tengah kehidupan sekarang adalah banyak diantara umat beragama, khususnya mereka yang beragama islam tidak lagi menjalankan agama sebagaimana mestinya. Agama hanya menjadi sebuah warisan yang diturunkan dari orang tua mereka dan bukan beragama atas kehendak sendiri yang didasari atas rasionalitas yang telah dibuktikan. Sehingga muncullah perilaku-perilaku manusia yang sangat jauh dari apa yang telah disayri’atkan oleh agama islam sendiri. Dan inilah yang membuat paradigma agama universal itu muncul.

MENCINTAI ATAUKAH DICINTAI?

       Kemarin saya pernah ditanya seorang teman dengan sebuah pertanyaan yang sebenarnya simple tapi lumayan asyik untuk di kaji lebih mendalam. Pilih mana, apakah dicintai atau mencintai?. Huhu.. kalau sudah bahas tentang tema diatas, akan banyak orang yang ikutan komentar karena memang masing-masing individu memiliki pilihan sendiri dan tentu itu berkaitan dengan pengalaman pribadi mereka.

       Di antara yang komentar, ada salah seorang yang memilih ingin dicintai saja. Karena belajar mencintai orang itu lebih mudah daripada mengusahakan seseorang untuk mencintai kita. Namun tak lama setelah itu, admin memberikan pertanyaan balik kepada si pemberi jawaban, "knpa pilih dicintai? sedangkan sd (kamu) mencintai orng lain? apakah sd (kamu) bisa tenang?". Pertanyaan yang diajukan Admin saya kira sangat tepat. Tapi setelah saya menunggu beberapa saat kemudian, seorang yang memilih "dicintai" tadi memberikan komentar balasan.

UTAMAKAN SUBSTANSI DOA



Apa tetap KITA dikatakan orang yang tamak kalau terlalu banyak permintaan kepada  Tuhan?. Doa semaunya, minta ini, minta itu, apa itu tidak dikatakan tamak?. Mungkin dikatakan tamak jika permintaan tanpa ada rasa kepuasan seperti itu kita lakukan kepada sesama manusia. Sedangkan jika kita meminta permintaan semacam itu kepada Tuhan, tentu hal ini tidak dikatakan tamak. Justru, hukum kehidupan yang ditetapkan oleh Tuhan dimuka bumi ini merujuk agar kita selalu menggantungkan diri pada Tuhan, bukankah menggantungkan diri identik dengan meminta.

Berdoa dengan total dalam hal ini bukan berkaitan dengnan redaksi doa yang kita lantunkan. Misalkan meminta kesehatan, meminta harta yang berlimpah, meminta agar harapannya terwujud dan lain sebagainya. Namun, total yang dimaksud adalah masuk ke dalam substansinya. Total berdoa dalam ruang substasi artinya adalah doa yang kita lantunkan sudah mencapai seluruh apa yang kita inginkan. Contohnya, jika kita hanya berdoa sebatas total dalam hal redaksi seperti meminta rezeki yang berlimpah atau jodoh yang baik, maka doa semacam ini belum total dalam ruang substansinya. Boleh jadi setelah Tuhan memberikan kekayaan, kita masih tetap kekurangan. Boleh jadi juga kita diberikan jodoh yang baik namun kita tak bahagia hidup bersamanya. Coba bandingkan, jika seandainya doa yang kita lantunkan total dalam hal substansi. Seperti meminta kebahagiaan dalam hal rezeki. Kebahagiaan dalam hal ini tentu sudah termasuk ke dalam kelimpahan harta, juga kecukupan dalam mengeluarkannya sesuai dengan kebutuhannya.

ORANG MISKIN DILARANG SAKIT


Saat mendengar pernyataan di atas, timbul satu pertanyaan “maksudnya?” dan satu pernyataan “Kon gendeng a?!!” di benakku. Pernyataan tersebut secara tersurat memang terkesan aneh dan terdengar layaknya guyonan. Namun secara tersirat, kiranya kita dapat mengaitkannya dengan betapa sulitnya orang miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Saat demam berdarah, tipus, tbc, kanker, dan penyakit kronis lainnya tengah menggerogoti diri hingga tak lagi sanggup untuk sekedar membuka mulut, melontarkan betapa sakit ia rasakan, rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat untuk mengobati pasien justru menolaknya mentah-mentah, bahkan tak jarang mereka dibentak dan dicaci lantas diusir karena ngeyelingin mendapatkan pengobatan demi terselamatkannya nyawa. Namun sayang, semua sia-sia. Tak ada uang, pasien ditendang dan tak peduli meski harus mendarat di kamar mayat. Lengkap sudah penderitaan si miskin, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sehingga tak heran jika akhirnya mereka melarikan diri ke dukun sebagai jalan alternative.

PERJALANAN SEBUAH PERASAAN


BAGIAN 1
MERUBAH DIRI
Beberapa abad yang lalu seorang filosuf pernah berkata yang kurang lebihnya seperti ini, “dua sampai tiga tahun kedepan, kamu adalah kamu yang sekarng, kecuali mereka yang selalu membaca buku dan memiliki pergaulan dengan orang lain”. Jika boleh saya pahami secara bebas, maksud dari kedua premis diatas adalah perubahan karakter manusia dipengaruhi oleh dua faktor, pertama dengan buku-buku yang mereka baca dan orang-orang yang mereka kenal. Kedua hal ini selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Jika ada orang yang selalu membaca buku dan bergaul dengan orang-orang yang baik, maka perbubahan yang terjadi pasti menuju ke arah yang positif. Namun jika ada orang yang jarang membaca buku atau membaca buku-buku yang negatif dan pergaulannya dijalani bersama orang-orang yang buruk akhlaknya, maka perubahan pun akan menuju ke arah yang negatif. Inilah alasan kenapa manusia disebut sebagai makhluk yang unik.

MEMPERCEPAT KEPASTIAN


BAGIAN 1
MENSYUKURI NIKMAT-NIKMAT DARI ALLAH

"Jika ada dua atau lebih nikmat yang Allah berikan pada kita, jangan pernah mendzolimi salah satu nikmat itu. Jalani keduanya.!"

_Ahmad Fauz.

Nikamat disini tentu harus diartikan secara global, mulai dari nikmat bakat atau potensi, seperti nikmat bisa menulis, nikmat bisa meneliti, atau bahkan nikmat ahli dalam salah satu bidang olahraga dan nikmat-nikmat lainnya. Sampai pada nikmat yang bersifat materi, seperti memiliki usaha hingga nikmat kemurahan rezeki. Semua adalah nikmat Tuhan yang diberikanNya untuk kita, hingga wajib sekiranya kita bersyukur dengan cara tidak mendzolimi salah satu dari nikmat-nikmat itu.

FIQIH SARANA MENGENDALIKAN EMPAT ELEMEN KEKUATAN MANUSIA



Jika kita mau mencari, ada banyak pemahaman dan definisi tentang diri manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang unik. Tentu hal inilah yang membuat pembahasan mengenai diri manusia itu sendiri tak akan pernah habis-habisnya untuk kupas. Manusia disusun oleh berbagai macam komponen, mulai dari potensi atau bakat, kekurangan, kelebihan, kekuatan dan lain sebagainya.

Kekuatan adalah salah satu komponen yang menyusun diri manusia. Semua manusia memiliki kekuatan lebih dari apa yang mereka tahu. Oleh karena itu, banyak manusia yang tak menyadari bahwa mereka tarnyata lebih kuat dari apa yang mereka fikirkan sebelumnya. Tentu fase penyadaran ini terjadi setelah manusia melewati cobaan atau ujiannya. Kekuatan merupakan suatu dampak atau gejala dari hasil kerja antara hati dan akal. Semakin besar damapk yang dihasilkan oleh keduanya, maka akan semakin besar pula kekuatan yang muncul.

BERLIBUR KE TANJUNG LUAR


Pada minggu terakhir liburanku kali ini, langit sudah mulai tersenyum. Ia tak lagi menangis di sepanjang hari seperti beberapa hari yang lalu. Ya, beberapa hari yang lalu langit memang seperti wanita yang baru saja ditinggal mati sang kekasih. Kadang ia terang benderang, namun seketika ia tiba-tiba hujan –sangat labil--. Tak bisa diprediksi sama sekali. Ternyata, tak hanya manusia saja yang merasakan perasaan galau, kini langitpun memiliki penyakit itu.

Pagi itu aku sambut dengan antusias. Bukan tanpa sebab, seperti anak-anak sekolah dasar yang dipaksa antusias melambai-lambai didepan sekolah mereka saat presiden melewati jalan raya didepan sekolahnya. Karena pagi ini aku akan melakukan touring bersama kawan-kawanku. Mereka adalah wajah-wajah lama. Namun rasa rinduku selalu memperbaharui mereka di dalam hatiku, hingga membuatku ingin selalu berada di dekatnya. Mereka adalah nama-nama lama, seperti Takwim, Yedi, Wawan, Lefi, Ika, Linda, Haryanti, Hanny, Elis, dan Tedi. Dan tiga penambahan anggota touring kali ini, ia adalah Tendi, Indra dan Doni. Sudah dua hari ini mereka bertiga berada di Mataram, setelah sebelumnya mereka touring dari kota Malang bersama Tedi. Tendi adalah anggota dari club motor vixion. Motornyapun telah dilengkapi dengan segala aksesoris, seperti lumrahnya motor-motor touring lainnya. Tak ketinggalan dengan motornya Tedi. Kini Tedi sudah bergabung bersama anggota club motor 'Koster', yang berarti Komunitas Suzuki Tunder. Sehingga motornya dulu, yang menurutku sangat culun, kini berubah menjadi menyeramkan, bak seorang ustadz yang insaf menjadi seorang preman. Jika dulu kepalanya selalu ditutupi oleh koiah, kini kepalanya ditutupi oleh rambut pirang, berdiri dan mengerucut. Seperti itulah pengandaian dari perubahan motor Tedi. Dibagian belakang, sudah terpasang setbox, dan dilengkapi bel bemo. Jika dibunyikan dalam keadaan diam, suaranyamasyaallah, akan membuat kuping shok. Karena suaranya mirip seperti bunyi sirine yang dapat didengar hingga radius 2 kilometer.

KENANGAN MENGESANKAN MENUJU SEMBALUN


Enam bulan sudah kenangan ‘touring’ ke tempat yang bernama Sembalun itu berlalu. Tapi entah kenapa, cerita dari perjalanan itu masih kuingat kuat dan detail di dalam pikiranku, terutama tawa-tawa yang berhamburan lepas setelah kami berhasil menaklukkan jalanan maut lembah Rinjani. Sungguah eksotik desain dari arsitektur Sembalun sebagai salah satu mahakarya Tuhan di atas bumi ini. Menawan, Sembalun adalah satu pemukiman yang berada tepat di lembah pegunungan Rinjani. Di segala sisi;  barat, timur, selatan dan utara, sembalun dikelilingi pegunungan-pegunungan kecil, bagai kerang yang kokoh melindungi mutiaranya. Bagiku, ini lebih indah dari tempat yang diceritakan oleh Andera Hirata didalam novelnya yang bertajuk Edensor, yang diceritakan sebagai tempat yang sungguh indah dan eksotik. Karena Sembalun tak kalah indah dengan Edensor, ia bagai mutiara yang ada di dalam kerangnya, sangat terisolasi. Butuh sekian pengeorbanan jika ingin melihat sawah-sawah sembalun yang berwarna-warni karena berbagai macam buah, syuran dan rempah-rempah ditanam disana.

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...