Translate

SAATNYA PENCETAKAN INSAN ULUL ALBAB YANG SESUNGGUHNYA

Menjadi seorang yang ulul albab tidak segampang membalikkan telapak tangan. Perlu sekian pengorbanan, baik waktu, tenaga, biaya, bahkan pengorbanan hati yang harus selalu memelihara dan menjaga sebuah kesabaran. Demikianlah sebuah kesimpulan yang menggambarkan betapa kami telah melewati masa-masa penuh perjuangan selama satu tahun penuh, terhitung sejak kami menjadi maba di UIN Maliki Malang angkatan 2011/2012.

Tinggal di ma’had dengan jadwal yang sangat padat sejak subuh adalah sebagian kecil dari aktifitas kami. Selain menjalani perkuliahan reguler, kamipun harus mengikuti perkuliahan bahasa arab secara kontinu setiap harinya sampai hari jum’at, mulai dari jam 2 siang hingga jam 8 malam. Tak heran jika begadang menjadi pilihan satu-satunya jikalau ada tugas-tugas dari perkuliahan reguler. Parahnya lagi setelah begadang hingga larut malam, kami sudah harus bangun saat adzan subuh tiba, karena kami harus melaksanakan shalat subuh berjamaah di Masjid at Tarbiyah. Selesai jamaah subuh, kami semua harus mengikuti kegiatan Ma’had, diantaranya subahullugoh (mentoring bahasa arab dan inggris) dan ta’lim (kitab kuning dan Al qur’an) sampai pukul 7 pagi. Kegiatan seperti itu terus berulang setiap harinya, kecuali hari free, yaitu sabtu dan minggu. Jika ada mahasantri yang malas, maka siap-siap dengan iqob (hukuman) yang sudah menunggu. Mulai dari iqob ringan, sedang, sampai iqob berat.

Siangnya, tepat pukul 2 siang, perkuliahan bahasa arab atau yang di namakan dengan  PKPBA sudah di mulai. Perkuliahan itu berlangsung sampai jam 8 malam, disampaing ada waktu jeda untuk istirahat, mandi, dan shalat magrib.

Kami tidak bisa serta merta meremehkan kegiatan-kegiatan di atas. Selain perkuliahan PKPBA yang menyumbang 6 SKS dalam satu semester, kegiataan ma’had pun berpengaruh dalam bidang akademik Mahasiwa. Walaupun tidak mendapat SKS secara langsung seperti perkuliahan bahasa arab tadi, namun kegiatan ma’had akan menetukan lulus atau tidak semua mahasiswa pada akhir tahunnya. Jika lulus ma’ad, maka mata kuliah agama pada semester selanjutnya bisa di program; jika tidak lulus, maka mahasiswa bersangkutan tidak dapat memrogram mata kuliah agama yang  telah di jatahkan. Ini jelas akan menunda wisuda, satu hingga dua semester.

Pada intinya, semua kegiatan-kegiatan tersebut menuntut kami untuk mahir menggunakan dua bahasa, yaitu arab dan bahasa inggris. Hal itu bertujuan agar kami bisa mendalami ilmu dari literatur-literatur barat yang memakai bahasa inggris dan mengkaji ilmu agama yang ada di kitab-kitab kuning yang menggunakan bahasa arab. Ini merupakan pembekalan untuk menjadi insan ulul albab yang akan mengintegralkan antara pengetahuan umum ke dalam ranah agama. Atau dalam bahasa kontemporernya ‘mengislamisasikan ilmu’. Dimana jurusan-jurusan umum yang ada di kamus UIN Maliki Malang, seperti biologi, fisika, arsitektur, kimia, kedokteran dan sebagainya, harus bisa mengintegralkannya dengan ilmu agama islam. Sehingga harapan kampus, alumni UIN Maliki Malang akan menjadi insan ‘Profesional Yang Ulama’ ataupun ‘Ulama Yang Profesional’. Disamping itu juga memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keleluasaan ilmu dan kematangan profesional. Inilah sedikit gambran insan ulul albab yang di harapkan oleh kampus UIN Maliki Malang bagi alumni-alumninya, dimana ulul albab dalam kehidupannya akan melakukkan dzikir, fikir dan amal shaleh, seperti dalam kutipan surat Al imron ayat 190-191, yang menjadi dasar berdirinya kampus UIN Maliki Malang.

Walaupun kami sudah tahu, kegiatan-kegiatan yang super padat itu di adakan sebagai bekal untuk menjadi insan ulul albab, namun kadang ada rasa malas dan lelah untuk menjalaninya. Bagi kami itu wajar. Yang terpenting adalah bagaimana kami bisa menyikapinya dengan positif dan selanjutnya dapat bersemangat kembali menjalani rutinitas-rutinitas itu.

Kalau saya pribadi, untuk menyikapi masalah malas yang kadang-kadang timbul di dalam hati itu perlu adanya satu konsep yang ampuh. Ada satu kata bijak yang menjadi dasar konsep yang saya miliki, yaitu “jika kamu sedang terpuruk, maka teruslah terpuruk, bila perlu sampai ke dasar keterpurukan yang paling dalam, karena dengan begitu tidak ada jalan lagi untukmu kecuali ke atas”. Saat saya sedang merasa malas, misalnya dengan perkuliahan bahsa arab, maka saya hari itu tidak akan masuk selama sehari penuh, dan mengisinya dengan jadwal tidur serta mengarkjakan hal-hal yang sebanarnya tidak bermanfaat. Inilah cara instant untuk berada di dasar kemalasan, hanya satu hari. Hari esoknya semangat akan kembali ada. Memang konsep ini agak nakal. Tapi setidaknya lebih baik daripada malas yang di pelihara ngambang, hingga menimbulkan niat setengah hati. Seperti salah satu teman saya yang mengambangkan rasa malasnya dan berdampak hingga berhari-hari. Kadang kuliah kadang tidak. Saat kuliah niatnya pun setengah-setengah, ilmu akan ngambang pula.

Namun sekarang, tak terasa satu tahun sudah aktifitas yang super padat itu kami jalani. Selanjutnya kami akan gunakan hasil studi selama satu tahun tadi di semester selanjutnya, yakni mulai dari semester tiga dan seterusnya. Inilah pencetakan insan ulul albab yang sesungguhnya.

Banyak hal-hal menarik dan berkesan selama satu tahun yang telah kami dilewati. Kisah- kisah itu penuh makna yang di dalamnya ada pelajaran-pelajaran kehidupan yang bisa di petik hikmahnya. Insya Allah tulisan selanjutnya akan menceritakan hal-hal itu.



Artikel by: Muh. Hasan Suryawan
Mhs. Jurusan Pend. Agama Islam UIN Maliki Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...