Translate

MARI BERMUHASABAH

Banyaknya lembaga-lembaga mentoring yang berdiri di negeri ini setidaknya melahirkan tanda tanya besar di benak kita masing-masing bahwa apa sebenrnya yang terjadi. Dari realita di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa semua gerak gerik manusia harus di pantau dan di awasi terus menerus secara kontinu agar semua perbuatan manusia tetap pada koridornya. Adanya lembaga-lembaga itu, baik dari lingkungan pemerintahan sendiri ataupun dari pihak swasta seperti ICW yang selalu memantau perkembangan keadaan sistem pemerintahan, membuat para pelaku politik di negeri ini tak bisa lagi di percaya sepak terjangnya. Jika kita melihat permaslahan ini dari sisi agama, maka sudah tentu kita akan menemukan akar permaslahanya.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, manusia kini hidup tak bisa lagi mengawasi dirinya sendiri. Padahal setiap jum’at, khatib selalu mengingatkan agar kaum muslimin senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaannya. Banyak definisi dari ketakwaan. Salah satu yang di jelaskan dalam al Qur’an adalah takwa berarti menyadari setiap apa yang telah kita kerjakan. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang senantiasa setiap harinya bermuhasabah, dalam artian bahwa ia selalu menyediakakn waktu untuk merenungi apa yang telah ia kerjakan selama satu hari, baik itu perbuatan baik ataupun perbuatan buruk. Saat malam hari, manusia yang bertakwa akan selalu bermuhasabah, mengingat apa yang telah ia kerjakakn. Apakah perbuatan-perbuaan itu sudah sesuai dengan syari’at islam atau malah sebaliknya bertentangan dengan syari’at islam. Di saat pagi haripun, ia akan senantiasa meluangkan waktunya untuk mengevaluasi diri dan bermuhasabah tentang apakah yang harus dikerjakan agar hari ini lebih baik dibandingkan dengan hari kemarin.

Bermuhasabah juga berarti menghitung. Menghitung segala perbuatan kita sangat penting. Karena jika kita sudah melakukkan hal tersebut maka kita secara tidak langsung akan menemukan kesalahan yang telah kita kerjakan, setelah itu ditindak lanjuti dengan penyadaran dari lubuk hati yang terdalam dan selanjutnya dibarengi dengan permohonan ampunan kepada Allah SWT. Inilah yang kemudian sesuatu yang harus kita biasakan. Umar bin Khattab pernah berkata, “hitunglah segala perbuatanmu selama kamu di dunia sebelum semua perbuatanmu di hitung di hari perhitungan nanti.” Jika itu bisa kita lakukkan, beban dosa dan kesalahan kita di akhirat nanti akan berkurang karena kita sudah menghitung kesalahan-kesalahn itu sewaktu masih berada di dunia dan meleburkannya dengan permohonan ampun kepada Allah SWT.

Dalam surat al Zalzalah ayat 7 dan 8 Allah telah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” Menurut sebuah tafsir, dalam ayat ke tujuh ini, dijelaskan bahwa jika orang kafir melakukkan kebaikan maka ia akan langsung dibalas oleh Allah SWT, walaupun kebaikan itu hanya sebesar dzzarahh. Allah tidak mau balasan dari kebaikan itu tersisa sampai ke hari perhitungan atau yaumul hisab. Sehingga orang yang kafir akan menerima semua balasan atas kebaikan yang ia perbuat di dunia ini. Justru dalam ayat selanjunya di jelaskan bahwa jika kaum muslimin mengarjakan suatu kejelekan, maka ia seharusnya menyadarinya dan bergegas untuk memohon ampun kepada Allah, walupun keburukan itu hanya sebesar dzzarah. Hal itu di maksudkan agar ia tidak membawa dosa atas keburukan-keburukannya yang telah ia kerjakan  ke hari perhitungan.

Subhannallah, inilah solusi yang di tawarkan agama agar kita setidaknya terbebas dari pengawasan eksternal di luar diri kita. Bermuhasabah membawa segudang manfaat dan menyadarkan diri akan tujuan hidup kita ini di dunia. Jika setiap hari kita bisa bermuhasabah, kita tentu akan tahu apa saja kesalahan yang pernah kita perbuat lalu kemudian memohon ampun kepada Allah SWT. Atau mungkin juga kita akan menyadari hal-hal bermanfaat apa yang telah kita perbuat yang kemudian melakukkan hal yang lebih baik dari itu, atau minimal mempertahankannya. Wallahua’lam  Bissawab..


Artikel by: Hasan Suryawan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Maliki Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...