Translate

GAGASAN “FULL DAY” MUHADJIR EFFENDY

Beberapa saat setelah dilantik menjadi menteri pendidikan, Muhadjir Effendy langsung membuat gerbrakan dengan mengusulkan konsep “full day” bagi sekolah-sekolah. Siswa yang biasanya pulang sekolah sekitar pukul satu siang akan berubah ke pukul empat siang. Kira-kira begitu gambaran konsep full day. Namun pertanyaannya, apakah jumlah jam pada mata pelajaran akan mengalami penambahan juga?. Hal ini tentu menunggu konsep yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Namun pro dan kontra pun sudah banyak bermunculan di media sosial. Seolah-olah ingin membela siswa-siswi agar “jangan” sampai merasakan full day, alasan-alasan yang bermunculan pun terkadang tidak rasional, tidak nyambung da nasal bunyi (asbun). Disini full day sudah seperti kejahatan.
Beberapa alasan terhadap yang pro atau mendukung full day diterapkan ialah mengingat kegiatan semacam ini dibutuhkan jika dihadapkan dengan persaingan global. Indonesia sudah terlalu tertinggal dengan beberapa Negara maju, sehingga untuk mengejar ketertinggalan maka diperlukan terobosan-terobosan yang bisa digunakan, selain memperbaharui kurikulum juga termasuk mencuatnya wacana full day.

Selain itu banyak orang tua yang bekerja sampai sore. Ketika anak-anak pulang sekolah pada pukul 1 siang maka rentan anak-anak tanpa pengawasan dirumah karna orang tua mereka masih bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa teknologi telah maju begitu pesatnya, sehingga anak benar-benar harus mendapatkan pengawasan.

Sedangkan beberapa alasan yang kontra dengan konsep full day adalah karna alasan kesehatan siswa. Mental siswa akan terganggu jika full time berada disekolah. Mereka masih punya kegiatan-kegiatan lain seperti bermain bersama teman-temannya dan bahkan ada yang mengikuti pengajian di TPQ yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka. Justru ketika waktu anak-anak dihabiskan disekolah maka tidak ada waktu lagi anak-anak untuk mengaji di TPQ. Dan alasan klasik lainnya ialah persoalan biaya.

Dari beberapa alasan pro dan kontra diatas, khususnya alasan mereka yang kontra justru mereka memiliki segudang ketakutan atau bahkan dampak negatif bagi anak-anak jika dihadapkan dengan full day. Padahal kemendikbud belum merilis secara resmi konsep seperti apa yang hendak dipakai. Tentu bertambahnya jam siswa berada disekolah bukan berarti jam pelajaran juga bertambah. Justru pada sekolah-sekolah swasta yang maju sudah menerapkan sistem full day seperti ini. Tanpa melakukan kegiatan TPQ, toh ada yang bisa sampai menghafal ayat-ayat pendek, memiliki kesadaran sejak dini untuk melakukan ibadah shalat wajib dan sebagainya. Sehingga bukan lagi kita memperdebatkan setuju atau tidak dengan full day, akan tetapi mari kita bicarakan kosep seperti apa.
Saya pernah merasakan program full day saat masih di Madrasah aliyah dulu. Memang terasa sangat memberatkan, karana siang menjelang sore semua siswa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Kondisinya pun sangat memperihatinkan, banyak siswa mengatuk bahkan tertidur dikelas. Ini salah satu kekurangan konsep full day yang harus di tutupi. Tentu konsep full day pada sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan menengah atas dilakukan dengan berbeda. Full day tidak selalu identik dengan mata pelajaran yang menumpuk, karena bisa juga bisa dengan membuat suasana eduksi, kebersamaan, membiasakan kerjasama, bermain bersama dan justru dapat menumbuhkan mental anak yang baik.

Lingkungan rumah/ keluarga tanpa kontrol orang tua jauh lebih buruk daripada siswa berada di sekolah. Warnet dengan segala fasilitas game-nya, kejahatan asusila yang selalu mengintai, fasilitas gadget yang uncontrol memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi perkembangan anak. Tentu jika konsep full day benar-benar diterapkan tentu harus sesaui dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan harapan orang tua dan tentunya dapat menghasilakan dampak yang jauh lebih baik daripada sistem yang ada saat ini.

Oleh Muhammad Hasan Suryawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...