Translate

GURU: SANG PENCERAH KEGELAPAN BERFIKIR


Makna “guru” ternyata memiliki banyak interpretasi. Ada yang mengatakan bahwa guru hanya sebatas pada pendidik yang ada di sekolah. Guru juga bisa diartikan kepada orang tua yang telah mendidik anak-anaknya. Lebih luas lagi, Sahabat Ali r.a pernah mengatakan bahwa seseorang disebut guru manakala mengajarkan sesuatu kepada sesamanya, walaupun hanya mengajarkan satu huruf. Sehingga istilah guru memang identik dengan orang-orang yang telah membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Sejarah panjang tentang dedikasi guru (dalam pengertian formal di suatu lembaga pendidikan) telah menghiasi enkslopedia sejarah suatu bangsa. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang baik. Sedangkan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang baik tak akan pernah terwujud tanpa dukungan guru yang baik dalam segala hal, mulai dari moral sampai pada kemampuan pedagogi yang handal. Sehingga untuk menjadikan Indonesia bangsa yang besar, maka harus dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan melalui sumber daya manusia (SDM) atau guru-guru yang bermutu.

Untuk membuat bangsa yang besar melalui peran guru maka ada satu pertanyaan yang muncul dalam benak kita, bahwa “apa tujuan seorang guru mengajar?”. Jawaban dari pertanyaan ini tentu akan sangat berdampak kepada hasil belajar siswa (output), lebih luas lagi ialah mutu pendidikan itu sendiri. Ketika tujuan guru mengajar adalah untuk memenuhi kewajibannya sebagai guru maka hal ini akan berdampak pada proses pembelajaran dikelas yang terkesan moton dan jauh dari proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Yang terpenting dalam hal ini ialah guru masuk dan mengisi jurnal pembelajaran. Setelah itu, tugas selesai.
Tujuan lain dari seorang guru ketika hendak mengajar ialah memberikan ilmu kepada peserta didik. Niatan ini agaknya lebih baik daripada niat yang hanya untuk memenuhi kewajiban mengajar. Istilah lainnya ialah “transfer of knowledge”, dalam arti bahwa guru berfokus memberikan ilmu yang ia fahami kepada peserta didik. Tujuan ini agaknya sedikit konvensional, karena dalam beberapa teori pendidikan terbaru memberikan reformulasi baru bahwa peran guru ialah hanya sebagai pengontrol kegiatan siswa. Hal ini karena proses pembejaran mewajibakan peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri (based on project). Guru hanya memastikan ‘jalan’ yang ditempuh oleh peserta didik dalam pemecahan masalahnya sesuai dengan kaidah-kaidah umumnya.

Beberapa tujuan tentang guru diatas mengindikasikan bahwa seorang guru harus memberikan pencerahan terhadap sekelumit permsalahan emosi peserta didiknya. Hal itu dapat terjadi manakala peserta didik secara mendiri dibiasakan agar dapat memecahkan permasalahannya sendiri. Oleh karenanya, seorang guru seharusnya bukan ‘melulu’ memberikan pengetahuan ‘mentah’ kepada peserta didik. Namun juga harus memberikan opsi berfikir lebih banyak lagi kepada peserta didik. Seperti uangkapan seorang praktisi pendidik, Ghulam Nurul Wildan, yang mengatakan bahwa “tugas utama guru adalah memberikan opsi berfikir dan bertindak lebih banyak kepada peserta didik yang tak lain untuk menghapus awan hitam kegelisahan yang seringkali menghinggap di ruang berfikir mereka dalam melihat dunia luar.

Memberikan opsi berfikir dan membiarkan peserta didik memutuskan permasalahannya sendiri rupanya cita-cita yang bijak nan mulia. Dalam arti bahwa seorang guru menghargai kemampuan berfikir setiap individu dan tidak mendoktrinasi peserta didik terhadap pemahaman si guru. Karena kehidupan anak dan seorang guru sangatlah berbeda. Peran guru tentunya memberikan jalan berfikir kepada peserta didik tentunya dalam koridor yang baik sehingga peserta didik dapat memutuskan permasalahnnya sendiri.

Dalam beberapa penelitian membuktikan bahwa kesuksesan siswa ternyata didominasi oleh mereka yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, bukan kecerdasan koognitifnya. Wawasan dan tingkat kecerdasan memang diperlukan, namun tak jarang mereka lesu dan terhempas oleh permsalahan kehidupannya yang berat. Sebaliknya banyak siswa yang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual rata-rata namun dapat meraih kesuksesan karena kecerdasan emosional mereka yang tinggi. Oleh karena tugas guru ternyata tidak cukup hanya memberikan wawasan keilmuan (transfer of knowladge) namun juga memberikan pola pikir dan kerangka berfikir yang baik sehingga mereka dapat berfikir, memahami dan merenungi setiap permsalahan hidupnya sebelum ia memilih salah satunya untuk dijalani.


Oleh: M. Hasan Suryawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA

Islam: Way Of Life

Oleh: Muh. Hasan Suryawan Saat kita mendengar kata islam, maka yang terpikirkan dalam benak kita adalah salah satu agama yang menjadi ke...